98. Welcome to Kyoto ( Extra Part I )

11.8K 940 26
                                    

Seharusnya Extra Part semalem di update ya, tapi karena harus bantuin temen ngerjain laporan jadi terpaksa gak jadi update hehehe Tapi sekarang di update deh. 

Maaf ya kalau Bab ini banyak kesalahan tulisan, tata cara berbicara, tata cara bersikap, berbudaya di Jepang. Kasih masukan aja, nanti saya googling  lagi dan diganti kalau memang saya salah. 

Terima kasih. 

***

Asten

Setelah berdebat cukup panjang antara aku dan Istriku mengenai tempat untuk berbulan madu, akhirnya kami memutuskan berbulan madu ke Kyoto yaitu tempat asal Ibu Kandungku sesuai saran dari Kakek dan Nenek. Awalnya memang Mama tidak mendukung aku dan Istriku memilih kota Kyoto sebagai tempat kami berbulan madu, mungkin karena keinginan kuatku untuk pindah kesana bersama Kakek dan Nenek. Tapi karena aku sudah berjanji ditambah dengan Istriku yang meyakinkan Mama, akhirnya Mama memperbolehkan kami berangkat ke Kyoto selama beberapa minggu disana. 

Setelah semua masalah mendera diriku, kebahagiaan sesungguhnya pun ku dapatkan bersama dengan perempuan yang ku cintai sejak dulu. Berbagai masalah mengenai keluarga, teman, juga dengan Istriku sendiri semua sudah selesai. Kesedihan, kekecewaan, dan semua rasa sakit hati tidak lagi ku rasakan. Ada rasa yang membekas tapi aku sudah enggan mengingatnya sebab kehidupan baru ku telah dimulai bersama perempuan yang sudah sah menjadi Istriku. 

Bulan Madu yang kami ambil di bulan musim semi menjadi pilihan terbaik sebelum aku dan Istriku menjalankan peran kami selanjutnya dari siswa menjadi mahasiswa. Pasti nantinya kami berdua akan disibukkan dengan rutinitas perkuliahan super padat jadi tidak ada waktu untuk liburan sekaligus berbulan madu. 

"Sipit, aku bawa mantel ya?" 

"Disana lagi Haru sayang."

"Haru?" tanya Asyiela tidak mengerti. Haru adalah bahasa Jepang yang memiliki arti musim semi.

"Spring, Ay. Gak dingin banget yang gimana gitu kok. Paling cuma sekitar delapan belas  sampai dua puluh derajat di siang hari dan malam harinya sepuluh derajat."

"Enggak ah, gak mau. Kemarin aku browsing cuaca di Jepang katanya suka berubah-ubah, jadi aku gak mau kecolongan gak bawa mantel. Pasti disana dingin banget soalnya kan kita kebiasaan hidup disini."

"Ya udah-ya udah, terserah kamu aja Ayako."

"Ehm."

Daripada selalu berdebat panjang dengan dia lebih baik diam dan mengalah. Kemarin malam Kakek menelepon ku untuk memberitahuku jika kami tidak perlu membawa banyak pakaian karena bisa membeli disana jika memang diperlukan. Dan yang tidak kalah penting adalah Kakek dan Nenek akan menjemput kami di Stasiun Kereta Kyoto. Sebenarnya Kakek dan Nenek ingin menjemput kami di Bandara, tapi aku memutuskan untuk naik Kereta saja sehingga mereka berdua tidak perlu menjemput ke Bandara cukup di Stasiun Kereta Kyoto. Keputusan ini ku buat karena aku ingin memberikan pengalaman baru untuk Istriku, Asyiela. 

Setelah beberapa waktu yang lalu aku dan Istriku mengurus Visa Jepang karena memang kami pemegang Passport biasa bukan E-Passport, kelengkapan kami sudah selesai alias sudah tidak ada lagi yang harus di urus. 

***

"Janji ya gak boleh lama-lama?" peringat Mama sesaat sebelum aku dan Istriku menuju ke Jepang.

"Iya Mah, paling lama dua atau tiga minggu. Lagian bulan depan sudah ada test untuk masuk perguruan tinggi." jawabku untuk menenangkan Mama yang selalu berubah sendu jika berjauhan dengan ku. 

Teenager Time (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang