18. My Spoiled Mommy

12.3K 1.2K 41
                                    

"Akh.... nyam nyam nyam."

"Duh manjanya. Ampun deh. Suaminya dicuekin nih sekarang." di atas Sofa, Avelo meminum Kopi yang dibelikan Asten sambil melihat ke arah Istrinya yang masih harus berbaring di Ranjang.

Di sebelah Avelo, ada Freya yang sedari tadi menempel saja dengan sang Papa.

Avelo menyindir Istrinya bukan berarti dia benar-benar marah, tapi lebih kepada dia senang melihat Alice sudah bisa kembali tersenyum dengan Asten yang ada di sampingnya, apalagi sekarang Asten sedang menyuapi Alice dengan semangkok Bubur.

"Huu Papa cemburu aja. Sama anak sendiri juga." kini giliran Rachelta yang menyindir sang Papa.

Rachelta yang sedang Hamil anak ketiga nya sama sekali tidak merasa kelelahan, berbeda sewaktu dia harus Hamil dengan si Kembar.

Oleh karena itu, Wanita itu enggan pergi dari sisi Alice sejak Pagi sampai Malam ini.

Rachelta sendiri sekarang sedang sibuk mengupas Apel untuk dimakan bersama.

Apel, Anggur, dan buah-buah'an lainnya begitu banyak memenuhi Kamar Perawatan Alice.

Sebagian dari Teman-Teman Asten, sebagian dari kunjungan Teman dan sebagian lagi dari Karyawan Avelo.

"Pah, Freya..." Apel yang sudah dikupas oleh Rachelta ditawarkan kepada Avelo dan Freya. Keduanya mengambil satu potong kemudian memakannya santai.

"Kallen kemana Kak?" tiba-tiba Alice teringat Putra bungsunya yang tidak kelihatan sedari tadi.

Dia pun menanyakan keberadaan Kallen kepada sang Suami.

"Ada. Di Rumah Mama Papa. Sengaja aku meminta tolong Papa dan Mama untuk mengajak Kallen sementara disana karena di Rumah kan tidak ada siapa-siapa."

"Kenapa? Kenapa tidak diajak kesini?" mendadak Alice mengkhawatirkan keadaan Kallen yang tidak terlihat oleh sepasang Matanya.

Bagi Alice atau Ibu di seluruh Dunia, keinginan kecil terindah untuk seorang Ibu adalah melihat kebersamaan anak-anaknya.

Tadi Ramsey sudah menjenguk dan dia sendiri juga yang menangani sang Mama, tapi dia harus pergi karena masih banyak pekerjaan lainnya.

Ramsey berjanji setelah selesai, dia akan kembali ke Kamar Perawatan sang Mama.

Sedangkan Kallen ada di Rumah Milan dan Viola.

Sebenarnya Avelo bukan tanpa maksud dan tujuan mengungsikan Kallen sementara ke Rumah Orang Tuanya.

Tapi, Avelo ingin Alice kembali sembuh dulu tanpa melihat percecokan antara Asten dan Kallen.

Kalau melihat Asten disini, pasti Kallen terus terbawa emosi.

Dan sebaliknya jika Kallen disini, Asten menjadi sungkan dan tidak nyaman.

"Nanti ya. Sekarang kamu banyak istirahat dulu. Jangan memikirkan apapun." perintah Avelo kepada Istrinya dan Alice hanya bisa menurut tanpa banyak bicara.

Alice pun melanjutkan kegiatan makannya dengan disuapi oleh Asten.

***

"Kamu mau kemana lagi? Mama masih sakit. Jangan membuat Mama semakin sakit, Nak." tanya Avelo kepada Asten.

Setelah selesai menyuapi Alice dan Alice pun kembali tertidur karena dia juga membutuhkan banyak istirahat, Asten berpamitan kepada Avelo dan Rachelta ingin pulang.

"Memang benar ya Pah kalau Mama sakit karena aku. Aku memang sumber kesakitan dari semua orang ya Pah?" mendadak Asten bersedih kembali.

Asten merasa dia tidak ada gunanya dan hanya menjadi biang dari semua permasalahan sampai membuat Alice jatuh sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit.

"Jangan bicara gitu. Asten, kamu tuh sudah besar. Kamu harus bisa membedakan mana yang benar atau tidak. Soal pertikaian kamu dengan Kallen, kamu anggap aja dia belum dewasa dalam menyikapi sesuatu. Mama disini butuh kamu, dek. Kalau kamu pergi terus Mama tanya kamu dimana, Kakak sama Papa jawab apa?" karena merasa gemas dengan sikap Asten, Rachelta jadi ikut-ikut'an menasehati Adiknya yang berlainan Ayah maupun Ibu itu.

"Aku mau pulang. Besok aku kesini lagi setelah pulang Sekolah." jawab Asten sembari dia mengambil Tasnya dan memakai Tas itu di Punggungnya.

"Assalamu'alaikum." pamit Asten.

Dia berbalik Badan menjauhi Rachelta dan Avelo yang berdiri di depan Ambang Pintu Kamar Perawatan Alice.

Asten bukan tidak mau tinggal atau pulang ke Rumahnya kembali, tapi Asten masih belum siap untuk bertemu dan kembali bersitegang dengan Kallen.

Karena semakin hari Asten merasa seperti anak pungut padahal dia tahu jika dia tercipta dari cinta seorang Avelo kepada Naomi.

Meski itu hanya ada di Masa Lalu mereka atau mungkin juga karena faktor keadaan yang memaksa.

"Asteen, hei! Nak...dengerin Papa." Avelo berteriak memanggil Asten tapi Asten tidak mau berhenti melangkah.

Dia terus berjalan menjauhi Avelo dan Rachelta untuk pulang ke Rumah Ibu Kandungnya, Naomi Akira Chan.

***

"Mama sakit ya?"

"Iya Kakek. Tadi sepulang Sekolah, aku ke Rumah Sakit. Jaga dan jenguk Mama."

"Tapi Mama sudah baikan belum?"

"Sudah Nek. Lebih baik dari sebelumnya."

"Asten ada masalah ya? Coba cerita sama Kakek?"

Berkali-kali Akira dan Istrinya bertanya kepada Asten apa yang sebenarnya terjadi dengan Cucu satu-satu nya mereka itu.

Tapi Asten seperti bungkam dan enggan menceritakan apa yang terjadi sehingga Akira dan Istrinya tidak bisa memaksa.

Sejak Asten datang ke Rumah Naomi, Akira melihat Asten selalu muram dan diliputi rasa sedih yang sepertinya tak berujung kemana arah akhirnya terhenti.

"Aku baik-baik saja." jawaban yang sama yang selalu diberikan Asten kepada Akira.

"Kamu tidak baik-baik saja Nak." Istri Akira yang merupakan Ibu Kandung Naomi meyakini Cucu nya sedang tidak baik.

Asten memiliki satu masalah yang tidak diketahui oleh Akira dan Istrinya.

Asten kembali diam tanpa berbicara apapun.

Dia menatap kedua Kakek dan Neneknya bergantian.

Untuk Asten, entah mengapa di Dunia ini dia selalu merasa hanya Kakek dan Neneknya saja yang mampu untuk menerimanya dengan utuh tanpa satu konflik sedikitpun.

Ingin rasanya Asten mengikuti Akira dan Istrinya menuju ke Kyoto, tinggal disana dan jauh dari konflik.

Tapi Asten tidak mau meninggalkan Alice, Avelo, dan tentunya Asyiela.

Kehidupannya disini rumit, tapi banyak orang yang sangat disayanginya.

"Boleh tidak Asten peluk Kakek sama Nenek."

Dengan raut Wajah yang masih kebingungan, Akira dan Istrinya hanya diam saat Asten memeluk keduanya bersamaan.

Kebetulan Akira dan Istrinya duduk berdampingan di Sofa yang sama.

Asten begitu erat memeluk Nenek dan Kakeknya seperti memeluk kedua Orang Tuanya yang sangat disayanginya, Avelo dan Alice.

"Asten tidak punya siapa-siapa selain Kakek dan Nenek. Jangan kembali ke Kyoto Kek, Nek. Temani Asten disini. Asten tidak ingin sendirian."

***

To be continue

***

Surabaya, 7 November 2016 ; 17.10 WIB

Salam,

Denz91 ^_~

Teenager Time (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang