93. Peace

8.5K 1.1K 59
                                    

"Kallen sakit?"

"Iya, kemarin dia kecelakaan. Motornya sampai hancur tertabrak Truck."

"Trus Truck nya dimana sekarang?"

"Pergi gitu aja gak mau tanggung jawab."

"Huh sialan. Enak banget dia pergi gitu aja. Harusnya dia menolong Kallen dong untuk bentuk rasa tanggung jawab. Bukan malah meninggalkan Kallen begitu saja!" Asyiela ikut terbakar emosi mendengar penuturan Kallen yang mengalami kecelakaan. 

Keduanya sekarang berada di Kantin sekolah.

Disaat Arfa dan Mario masih memesan makanan, Asyiela dan Asten hanya memesan Jus dan satu kemasan makanan ringan untuk dimakan berdua.

"Iya begitulah. Sekarang banyak sekali kasus tabrak lagi. Si korban dibiarkan begitu saja terus tersangkanya malah kabur. Kasihan Kallen, Ay."

"Iya. Kamu ada rencana jenguk Kallen?"

"Ada. Mungkin nanti siang setelah antar kamu pulang. Tadi aku dapat kabar dari Kak Ramsey jika Kallen sudah siuman."

"Emh, aku boleh ikut gak?"

"Mau ikut jenguk juga kamu, Ay?"

"Iya. Boleh kan?"

"Boleh banget. Ya udah nanti pulang sekolah kita langsung ke Rumah Sakit ya jenguk Kallen."

"Ehem. Tapi sebelum kesana ke Supermarket dulu. Aku mau beli Kue atau Snack untuk Kallen."

"Gampang, nanti bisa mampir di Supermarket dekat Rumah Sakit."

"Siip."

***

Selama dua hari penuh Kallen tidak terbangun dari tidurnya, tapi di hari ketiganya baru Kallen terbangun.

Alice dan Avelo yang sempat merasa khawatir kini bisa bernapas lega.

Putra bungsu mereka sudah bisa membuka Mata dan berkomunikasi.

"Kallen, Papa baru beli buah Apel kesukaan Kallen. Nanti setelah makan, buahnya dimakan ya." disela aktivitas padat mengurus obat dan berbagai administrasi yang harus dibayar oleh Avelo, Pria itu menyempatkan membeli buah untuk Kallen.

Buah Apel tersebut dibelinya bersama Freya di sebuah Supermarket yang tidak jauh dari Rumah Sakit ini berada. 

"Terima kasih Pah." jawab Kallen lirih. Kallen memang sudah bisa berkomunikasi, tapi keterbatasannya untuk berbicara masih terasa sulit. 

"Akh, buka Mulutnya lebar-lebar." sesuai dengan perintah Alice, Kallen pun membuka Mulutnya dengan lebar. Sesendok demi sesendok Bubur masuk ke dalam Mulut Kallen.

Bubur itu dimasak oleh Alice sendiri di Rumah sesuai dengan permintaan Kallen sebab sedari dulu Kallen membenci makanan rumah sakit.

Mitos beredar jika makanan yang disiapkan oleh pidahk rumah sakit tidak enak sehingga belum mencoba saja Kallen sudah merasa ilfeel.

"Makan yang banyak ya biar cempat sembuh." tambah Alice.

Sembari menyuapi Kallen, Alice berkali-kali mengusap Kepala putra bungsunya penuh sayang dan kelembutan.

Begitu kental terasa jika Alice sangat menyayangi putra bungsunya.

Bukan hanya putra bungsunya tapi semua anak-anaknya.

Dan hal itu baru disadari oleh Kallen setelah kebencian yang selama ini ditanamkan dirinya sendiri di dalam hati. 

"Terima kasih Mah." jawab anak laki-laki itu. 

Teenager Time (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang