54. Bismillah, I'm ready

12.1K 1K 48
                                    

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam. Kakak darimana? Dari Makamnya Mbak Naomi ya?"

"Kok kamu tahu?" Avelo terkejut mendengar Istrinya tahu dimana keberadaan dirinya selama hampir setengah jam mengunjungi Naomi di Makamnya.

"Dari Asten." jawab Alice cepat.

Wanita itu menghentikan aktivitas menata beberapa Buah ke dalam Keranjang kemudian berjalan ke arah Suaminya.

"Maaf ya Kakak gak ijin kamu. Kamu gak marah kan?"

"Enggak kok, tapi cemburu dikit."

"Cemburu?"

"Iya. Pasti ngomongin yang pribadi-pribadi kan? Jadi Kakak diam-diam waktu ingin pergi kesana." ujar Alice sambil mengulum senyumnya.

"Maaf ya." sekali lagi Avelo meminta maaf kepada Istrinya.

"Gak papa. Kan Mbak Naomi juga Istri Kakak. Yang terpenting Kakak tidak mentigakan Cinta ku saja itu sudah cukup. Lagipula dua puluh lima tahun lebih kita bersama Kak, aku yang menemanimu sampai detik ini jadi hal ini bukan masalah yang besar." canda Alice membuat Suaminya menarik senyum ke samping.

Sepasang Kaki Alice menjinjit karena Tinggi Tubuhnya dengan sang Suami berbeda jauh.

Kemudian Alice mendekatkan dirinya ke arah Avelo.

Cup

Satu kecupan diberikan Alice di Pipi sang Suami.

Ciuman itu begitu hangat penuh cinta sampai Avelo bisa merasakan kehangatan nya.

Ditatapnya dengan lembut sepasang Mata Avelo yang selalu meneduhkan seorang Alicia Caroline.

"Alice cinta sama Kak Avelo, dan selamanya akan begitu. Jadi kalau Alice cemburu pasti karena Alice sayang sama Kakak."

"Aku cinta sama kamu, sayang. Maaf tidak ijin dulu ke Makam Naomi." ditariknya Tubuh kecil Alice kemudian memeluk Tubuh itu seerat mungkin.

***

"Daddy, mau turun." rengek Kaivan kepada Ayahnya saat dia sudah merasa bosan digendong dan dalam penguasaan sang Ayah selama hampir lima belas menit.

"Jangan Abang, nanti dia loncat sana loncat sini gak mau diem." peringat Rachelta kepada sang Suami.

Rachelta sendiri sekarang sedang membuatkan dua cangkir Teh Hangat untuk Akira dan Istrinya yang sudah datang.

"No Mom. Daddy, mau turun...mau ke depan, mau ketemu Uncle Ram." rengek Kaivan untuk kedua kalinya. Anak Laki-Laki itu sepertinya memang sudah tidak betah berada di gendongan sang Ayah apalagi kegiatannya harus diawasi.

Berbeda sekali dengan Kiyomi yang sangat menyukai saat-saat digendong oleh Ayahnya.

"Janji gak nakal ya?" tanya Pria itu kepada Putra Sulungnya.

Di usapnya Rambut Kaivan yang sedikit berantakan kemudian menyisirnya sebentar menggunakan Jemarinya sendiri ke belakang.

"Ehem..." Kaivan menganggukkan Kepalanya ke bawah sebanyak dua kali untuk mengiyakan pertanyaan Ayahnya.

"Kalau nakal, Kai gak ikut ke Rumah Kak Asyiela." ancam Pria itu kepada Putra Sulungnya.

"Yes Daddy."

"Good Boy, ya sudah Daddy turunkan tapi gak boleh banyak lari-lari. Duduk yang manis dan sopan karena di depan kan ada Kakek dan Nenek Buyut, ya? Kai harus jaga sopan santun."

"Ya Daddy."

Setelah Ayahnya melepaskan, Kaivan langsung berjalan cepat meninggalkan Dapur menuju ke depan.

Teenager Time (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang