15. Day One ( Backstreet )

12.4K 1.2K 85
                                    

Asten

Butuh banyak waktu untukku menetralkan perasaanku sendiri.

Menyakitkan adalah waktu dimana kau tidak pernah diinginkan dan aku mengalaminya saat ini.

Aku merasa seolah aku tidak memiliki siapapun di Dunia ini padahal kedua Orang Tua yang ada di depanku adalah mereka yang mengasuh ku sejak lahir.

Bahkan Papa yang membuatku ada di Dunia ini.

Tapi kebimbangan terus menyeruak menguasai Jiwaku.

Tidak ada kata-kata yang bisa ku ungkapkan kepada Wanita yang sekarang memelukku begitu erat sampai aku merasakan cengkraman Kuku-kuku nya mengenai Pungung Tubuhku.

Mama.

Satu kata yang selalu ku ucapkan ketika aku ingin merindukannya.

Mama...

Bagian dari hidupku yang tidak pernah lekang dari ingatan.

Dimana waktu terasa terhenti jika aku tidak bisa melihatnya dalam sedetik.

Mama.

Orang yang selalu mengertiku, memberikan sentuhan Tangannya untuk mengasuhku.

Meneteskan Air Mata ketika aku sedang sedih maupun terluka. Dan selalu mengingatkanku saat aku salah.

Mama, maafkan Asten sudah mengecewakan Mama.

Maaf jika Asten bukan anak yang baik dan berbakti kepada Mama juga Papa.

Mungkin Asten tidak akan pernah bisa membalas kebaikan kalian.

Tapi Asten janji tidak akan pernah melupakan kalian apabila Asten harus pergi dari Rumah dan tidak tinggal lagi di Rumah.

Maaf Mah, maaf Pah.

Asten Pov (end)

***

"Papa tidak marah sama kamu. Tapi pulang, Nak. Jangan membuat kami semua gelisah memikirkan kamu." ungkap Avelo dari Lubuk Hatinya yang paling dalam.

Avelo tetap fokus memandang Putra semata wayangnya dari Pernikahan dirinya dengan Naomi.

Tidak ada yang pernah menyangka jika pertengkaran Saudara yang nampak kecil kini menjadi membesar hingga Asten memutuskan untuk pergi dari Rumah kedua Orang Tuanya sejenak demi menenangkan Hatinya saat ini.

"Jangan mengkhawatirkan aku Pah, Mah. Aku baik-baik saja. Tidak ada sesuatu yang terjadi dengan diriku. Semua baik dan tidak ada yang kurang." jawab Asten dengan suara nya yang serak.

Asten selalu berusaha tegar di depan kedua Orang Tuanya meski dia tahu dia tidak akan pernah bisa.

Asten ingin mencontoh seorang Ramsey yang terlihat sangat kuat sebagai Laki-laki.

"Jangan bicara apa-apa lagi. Sekarang Mama mau Asten pulang. Tidak ada alasan lagi!" Alice menggenggam Tangan Asten dan mengajak Putra yang selalu disayanginya melebihi Saudara-Saudaranya untuk pulang ke Rumah.

Namun Asten tidak lantas mengikuti apa yang diinginkan oleh Alice, dia memaku di tempatnya hingga membuat Alice memutar Tubuhnya kembali dan memandang Asten dengan Wajah penuh tanya.

"Kenapa Nak, kenapa Asten diam saja. Asten gak mau pulang sama Mama ? " Alice bertanya dengan Bibir bergetar kepada Asten.

Sepasang Mata Alice berkaca-kaca kembali setelah tadi dia sempat jauh lebih tenang saat bisa memeluk Putra yang sangat disayanginya.

Asten menjawabnya dengan menggelengkan Kepala.

Putra Kandung Avelo dan Almarhumah Naomi itu nampak belum siap jika dia harus kembali ke Rumah dengan Jiwa yang masih terguncang. Banyak hal yang menjadi pertimbangannya saat ini.

Teenager Time (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang