33. Asten or Kallen ?

13.2K 1.2K 28
                                    

"Asten bawa Martabak untuk Mama. Kira-kira Dokter bolehin Mama makan Martabak gak ya?"

"Sini'in Martabaknya. Mama juga lagi laper banget nih." 

Setelah selesai Sekolah dan mengantar Asyiela pulang Sekolah, Asten menuju ke Rumah Sakit untuk menjenguk Alice

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah selesai Sekolah dan mengantar Asyiela pulang Sekolah, Asten menuju ke Rumah Sakit untuk menjenguk Alice.

Dia membawa satu Porsi Martabak India kesukaan Alice.

Anak Laki-Laki itu meletakkan Tas nya di atas Sofa kemudian duduk di Kursi dekat sang Mama.

"Mau disuapi Mah?" Asten menawarkan dan Alice pun menganggukkan Kepalanya setuju.

Wanita itu berpikir kapan lagi dia mendapatkan sentuhan-sentuhan kasih dari sang Putra yang paling disayanginya melebihi anak Kandung nya sendiri.

Sejak Viola menjamin Asten tidak akan membahas kembali ke Kyoto, Alice menjadi tenang dan damai.

Hatinya serasa tidak terusik lagi akan pernyataan-pernyataan yang didapatkan oleh Alice dari sang Suami.

Yang tentunya berasal dari Orang Tua Naomi sendiri.

Alice tahu jika Viola sedang mengupayakan perubahan besar untuk seorang Asyiela yang tak lain tak bukan adalah Kekasih dari Putra kesayangan Alice sendiri.

Selama Asten bahagia, bagi Alice tidak mengapa.

Asten pasti akan menjaga Asyiela dengan baik, tidak akan mencelakainya seperti apa yang ditakutkan karena Alice sangat mengenal sang Putra.

Ketika nanti Asyiela sudah menjadi lebih baik, Asten tidak akan membahas Kyoto dan tertahan di Indonesia selamanya sebab Asyiela sudah berjanji kepada Viola jika dia akan membantu Asten untuk berasa di Indonesia, dan itu dalam jangka waktu selama-lama nya.

Asyiela tahu jika dia memiliki banyak Hutang Budi kepada Viola yang sudah repot-repot mengurus ini itu demi keberhasilan Program Diet nya hingga akhirnya Asyiela menyetujui pemintaan Viola untuk membantu dirinya dan juga Alice serta Avelo.

"Mama kenapa tidak keluar juga dari Rumah Sakit? Asten tidak mau melihat Mama yang seperti ini terus Mah?" disela Asten menyuapi sang Mama potongan-potongan kecil Martabak India, Asten merasa sedih jika harus melihat Mama nya selemah ini.

"Kalau begitu Asten harus pulang sama Mama ke Rumah. Dengan Asten pulang, Mama akan sembuh dan Kak Ramsey memperbolehkan Mama unutk istirahat di Rumah bukan di Rumah Sakit." ujar Alice sekaligus memohon.

"Asten belum bisa, Mah. Maaf ya." sungguh kalimat yang menyakitkan selalu Alice rasakan saat sang Putra mengatakan demikian.

Asten pun meletakkan Piring yang berisi Martabak India ke atas Meja kemudian dia merundukkan Tubuhnya untuk memeluk Alicia.

"Asten sangat sayang sama Mama. Tapi Asten belum bisa pulang ke Rumah. Asten tidak pulang ke Rumah bukan berarti Asten benci Mama atau Papa, itu mustahil karena Mama dan Papa sangat menyayangi Asten. Hanya saja Asten belum bisa, Mah. Asten sayang sekali sama Mama, demi Allah Asten sayang Mama." kalimat Asten diungkapkan dari Hatinya yang terdalam.

Alice sampai menitihkan Air Matanya mendengar kalimat mengharukan yang diucapkan oleh Putranya sendiri.

"Semua ini rumit untuk dimengerti tapi Asten tidak mungkin pulang sekarang. Selama Asten belum siap, Asten akan di tinggal di Rumah Mama Naomi. Asten harap Mama mengerti keadaan dan perasaan Asten." Anak Laki-Laki itu memohon dengan lelehan Air Mata yang hampir membasahi seluruh Wajahnya.

Direngkuhnya Tubuh Alice dengan erat-erat hingga Wanita itu bisa merasakan Lelehan Air Mata Putranya yang menetes mengenai Pakaian yang dikenakannya saat ini.

Telapak Tangan Kanan Alice terulur menyentuh bagian Kepala Belakang Alice kemudian mengusapnya dengan lembut berkali-kali sampai Telapak Tangan itu turun menyentuh Punggung Keras Asten dan juga mengusapnya disana.

"Mama akan terus sabar menunggu Asten pulang. Buat Mama, Asten adalah napas Mama. Tanpa Asten, Mama bisa meninggal. Mama akan lebih memilih menyusul Mama Naomi ke Surga daripada harus kehilangan Asten. I love you, Son. I Love you so much. Mama mencintaimu karena Allah memberikanmu untuk Mama. Kamu hadiah terbesar yang diberikan Allah kepada Mama."

"Aku juga cinta Mama."

***

"Kadang aku gak pernah tahu kenapa semua ini begitu sulit, padahal dulu aku prnah mengalami hal ini juga denganmu, Kak."

"Iya. Aku masih ingat sekali masa-masa itu, Velo. Papa selalu membanggakan dirimu karena kamu bisa memiliki Perusahaan sendiri tapi Mama lebih membelaku. Mama selalu mengatakan jika Aku, kamu, dan Alena itu sama saja. Bahkan Andres pun sama. Kita sama - sama membanggakan untuk Mama dan Papa."

"Mama tidak pernah membedakan tapi Mama terlihat sangat menyayangimu dulu Kak." sindir Avelo yang membuat Aaron tertawa terbahak-bahak.

Aaron dan Avelo sedang berada di Kantin Rumah Sakit.

Sore ini memang Aaron mengajak Riany dengan ketiga anak mereka Ameerah, Aaryan, dan Austin untuk menjenguk Alice.

Kebetulan di dalam Kamar Alice ada Kallen dan Freya.

Sedangkan Asten sudah pulang terlebih dahulu setelah menyuapi Alice dengan Martabak India sampai habis.

Akhirnya Aaron pun mengajak Avelo minum Kopi setelah berbicara cukup lama dengan Alice.

Sekarang hanya Riany dan ketiga anak Aaron yang masih berada di dalam Kamar bersama Kallen dan Freya.

"Mungkin karena Papa selalu membanggakan dirimu, Velo. Tapi sudahlah, itu sudah masa lalu kita." jelas Aaron sambil mengingat masa-masa buruknya tapi untungnya ada Riany yang tidak pernah pergi darinya.

"Masa lalu yang cukup rumit tapi bisa lewati. Hanya saja sekarang kenapa aku mengalaminya kembali. Tapi bukan aku yang mengalami sendiri melainkan Putraku dan bisa disebut juga Anak Kesayangan Alice."

"Hanya butuh waktu untuk mendamaikan, Avelo. Jangan berkecil Hati. Kamu terus bujuk Kallen untuk tetap memberikan kesempatan agar Asten pulang karena bagaimanapun juga Asten kan Saudara dia." Aaron mencoba memberikan nasehat.

Selama ini Aaron tidak pernah mengalami apa yang dialami oleh Avelo karena ketiga anak-anak nya baik-baik saja dan damai.

Riany sendiri adalah sosok Ibu yang sudah sangat bisa diandalkan oleh Aaron untuk menjaga dan mengasuh.

"Iya, hanya waktu Kak. Aku sempat takut dia tidak kembali ke Indonesia karena Papa dan Mama Mertuaku mengatakan demikian. Jika Asten ingin mengikuti mereka tinggal disana. Asten tidak nyaman tinggal di Rumah ku Kak. Bisakah kamu memberikanku masukan untuk menyelesaikan masalah ini. Apalagi sekarang Istriku sedang sakit." Avelo memohon kepada Aaron untuk memberikannya masukan atau Jalan Keluar yang baik bagi Asten dan Kallen agar keduanya bisa berbaikan seperti Masa kecil mereka dulu.

"Saranku adalah katakan pada Alice jangan terlalu mencolok ketika dia harus menyayangi Asten. Sebab Kallen akan merasa iri dengan perlakuan manis dan berlebihan Alice kepada Asten. Kalau Riany sendiri di Rumah, dia selalu membagikan semua makanan, Hadiah, atau Snack sekalipun dengan adil. Meski Austin terbungsu, dia tidak diperlakukan istimewa dengan Riany. Bagi Riany anak-anak kami sama-sama saja."

"Jadi, aku harus mengatakan kepada Alice jika dia tidak boleh terlalu dekat dan mengumbar kasih sayang nya kepada Asten?"

"Ya Avelo. Tapi jika itu bisa. Kalau tidak bisa mungkin bisa menggunakan cara lain tapi aku tidak tahu caranya." ujar Aaron memberitahu.

"Tapi sepertinya itu mustahil Kak, karena Alice terlalu terlihat sangat menyayangi Asten dan itu tidak terbantahkan sama sekali."

"Kalau begitu siap-siaplah kehilangan salah satu anakmu. Asten atau Kallen."

***

to be continue

***

Surabaya, 14 November 2016 ; 21.30 WIB

Salam,

Denz91 ^_~

Teenager Time (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang