14. I Need some time to Alone

13.3K 1.2K 65
                                    

"Kak, Asten kemana? Udah malem kemana dia belum pulang?"

"Kakak juga gak tahu, sayang. Bentar lagi ya kita tunggu. Kalau jam delapan dia belum pulang, kita cari."

Avelo dan Alice sama-sama berada di Teras Rumah mereka menunggu kepulangan Asten yang sedari Pagi belum juga pulang.

Biasanya Asten akan pulang setidaknya pukul enam sore, itu pun jika ada mengikuti kegiatan Eskul Sepak Bola kegemarannya.

Sekarang ini baik Alice dan Avelo sama-sama gelisah. Mereka sudah menelpon satu per satu Teman Asten tapi tidak ada yang mengerti dimana Asten berada.

Bahkan Avelo cukup geram mendapati salah satu Teman Asten mengatakan kepadanya jika Asten tidak masuk Sekolah hari ini alias membolos.

Tapi kembali lagi kegeraman Avelo musnah terhantam oleh rasa kekhawatirannya yang tinggi kepada Putra nya tersebut.

"Pah, Mah, Asten belum pulang ya?" Rachelta muncul dari dalam Rumah. Wanita itu baru saja menidurkan dua anak kembarnya.

Niat awalnya hanya ingin menidurkan dua anak kembarnya, tapi nyanyian penghantar Tidur yang dia lagukan justru membuat Bapak dari anak kembarnya juga ikut tertidur bersama dengan si Kembar.

"Belum Chel. Gimana ini Chel? Kemana Asten?" Alice memainkan sepuluh Jemarinya di atas pangkuannya sendiri.

Wanita itu tidak bisa diam sedari tadi. Bahkan sesekali dia menerobos Hujan berjalan ke luar Rumahnya menuju ke jalanan untuk melihat apakah Asten sudah terlihat pulang.

Namun sudah dilakukannya berkali-kali tetap saja tidak ada.

"Sudah Telepon Teman-Teman nya belum?" tanya Rachelta kepada Avelo dan Alice.

"Udah. Tapi gak ada yang tahu. Malahan hari ini dia gak masuk Sekolah." jawab Avelo cepat.

Pria itu nampak tenang tapi di dalam Hatinya tetap saja dia gelisah memikirkan dimana dan bagaimana keadaan Putranya saat ini.

"Kak Ramsey mana, Mah? Biar aku cari keluar deh sama dia untuk cari Asten." Rachelta menanyakan keberadaan Ramsey kepada Alice.

"Ada di Kamar. Dia banyak kerjaan Chel, jangan diganggu. Kasihan." jawab Alice yang memang mengerti bagaimana pekerjaan Ramsey beberapa hari ini memang sangat banyak.

Rachelta tidak mempedulikan ucapan sang Mama dan tetap berjalan menuju ke Kamar Ramsey.

Seperti apa yang dikatakan Alice, Ramsey memang sedang mengerjakan pekerjaannya yang menumpuk.

Tapi Rachelta kukuh ingin mengajak sang Kakak mencari keberadaan Asten.

"Kak."

"Chel, kamu?" Ramsey yang menyadari kedatangan Adiknya segera menyingkirkan pekerjaannya dan terfokus hanya kepada sang Adik.

"Asten belum pulang Kak. Kasihan Mama sama Papa khawatir seperti itu terus dari Pagi sampai Malam. Kita keluar cari dia yuk." ajak Rachelta.

"Gara-gara Motor tadi pagi yang diributkan sama Kallen ya?"

"Iya Kak. Udah yuk, udah malem banget. Jangan lama-lama mikirnya, kasihan Asten juga. Dia pasti lagi gak bisa mikir jernih. Anak itu tekanan batin banget Kak. Kakak pasti tahu rasanya jadi Asten karena kita juga mengalaminya kan?" Rachelta meyakinkan Ramsey untuk segera berangkat karena hari telah larut malam dan keadaan diluar sedang Hujan.

Entah Ramsey atau Rachelta bisa mengerti betul apa yang dirasakan oleh Asten karena mereka sebenarnya sama saja.

Status mereka yang rumit juga dialami oleh Asten apalagi Kallen terus memusuhinya.

Teenager Time (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang