4. Sam-kounio, Gadis Berbaju Putih

6.1K 93 0
                                    

"Tidak!" Hui-ing menggeleng. "Jika ayah tahu dia tentu marah sekali kepadaku...."

Diam-diam Siu-lam kagum atas sikap Hui-ing. Biasanya dara itu bersifat kekanak-kanakan tetapi ternyata dalam melaksanakan pesan, ia bersikap serius.

"Bagus, kali ini kau benar-benar bersikap seperti orang dewasa, sumoay," katanya tertawa.

Hui-ing memasukkan lipatan kain kuning itu ke dalam bajunya lagi. "Jangan coba-coba memancing aku, jangan harap aku mau membuka bungkusan ini!"

Siu-lam segera pamit dan suruh Hui-ing beristirahat, agar dapat berlatih terus.

"Ingat, kalau ketemu si tua Bangka Su itu jangan lupa tanyakan padanya apakah kau boleh tinggal di sini selama tiga bulan sampai pelajaranku selesai!" Hui-ing memberi pesan.

Siu-lam tertawa dan terus melangkah keluar ke tempat supehnya lagi. Keadaan Tio It-ping jauh lebih baik.

"Apakah yang kau peroleh dari sumoaymu?" tegurnya dengan tersenyum.

"Benar seperti yang diduga supeh. Tetapi entah apa isinya," kata Siu-lam menuturkan.

"Mengapa tidak kau buka?"

"Sumoay berkeras tak mau karena bukan barangnya. Jika kupaksa, dikuatirkan ia marah."

"Kenalkah supeh akan orang yang bernama Lin Ching-siu bergelar Si Tukang Pancing dari Telaga Se-ou?"

"Hai, itulah susiok (paman guru) dari suhumu. Kau memanggil kakek guru..." seru Tio It-ping. Kemudian katanya pula: "Mungkin benda dalam bungkusan kuning itulah yang menimbulkan peristiwa pembunuhan kedua gurumu. Ah, betapa cermat suhumu mengatur rencana toh akhirnya kuketahui juga!"

Siu-lam heran, dan meminta penjelasan: "Turut dugaanku dan setelah melalui analisa lebih dalam, kemudian terbukti sumoaymu membawa benda itu, jelas bahwa dugaanku seratus persen benar."

"Ya, ya, memang supeh menduga tepat, tetapi apakah sebenarnya yang berada di dalam bungkusan kain kuning itu?"

Tio It-ping menghela napas: "Telah aku katakan padamu, berkat bertahun-tahun aku mengembara, aku kenal dan tahu markas maupun sarang partai-partai persilatan dan gerombolan-gerombolan penjahat. Tetapi belum pernah selama ini kudengar tentang tempat yang disebut Beng-gak itu serta ketiga tokoh Beng-gak-sam-liau. Tetapi yang jelas Beng-gak itu tentulah sebuah tempat misterius...."

Tio It-ping berhenti sejenak, lalu katanya pula: "Dengan munculnya tokoh-tokoh dari Beng-gak ke dunia persilatan, jelas tentu mempunyai tujuan besar. Yang nyata suhumu mempunyai simpanan benda-benda pusaka yang mungkin tiada terdapat di dunia lagi. Oleh karena itu mereka menyerang suhumu..." ia berhenti sejenak. "Yang penting sekarang ialah cara bagaimana kau dapat lolos dari karang Coh-yang-ping ini!"

"Maksud supeh hendak suruh aku dan sumoay lolos?" tanya Siu-lam. Tio It-ping mengangguk. "Kakek gurumu Tukang Pancing Lim Ching-siu tidak kalah kepandaiannya dengan Su Bo-tun. Disuruhnya sumoaymu menyingkir ke Coh-yang-ping sini adalah hanya siasat. Dari sini ke Ki-he-nia, jaraknya jauh sekali. Sumoaymu belum pernah mengembara. Jika seorang diri mengadakan perjalanan tentu akan menarik perhatian dan besar bahayanya...." tiba-tiba Tio It-ping berhenti karena terkerat oleh teriakan si tolol Seng Kim-po (murid Su Bo-tun): "Hai, siapakah yang berani mati datang ke Coh-yang-ping itu?"

"Hm, lancang benar mulutmu, akan kupersen dua buah tamparan!" Terdengar sebuah lengking suara gadis disusul dengan dua buah tamparan ke pipi orang.

Siu-lam cepat melesat keluar dan apa yang disaksikannya, membuat jantungnya berdebar keras. Di bawah sinar bintang suram tampaklah tubuh si dara baju putih, dara yang telah merawat jenazah suhu dan subonya tempo hari. Dan di belakangnya tampak ketiga orang kate Beng-gak-sam-liau tadi.

Wanita Iblisحيث تعيش القصص. اكتشف الآن