18. Rintangan Jalan Belakang

3.5K 72 0
                                    

Lelaki yang di sebelah kiri yang tampaknya lebih tua, segera menerangkan: "Beberapa hari yang lalu kami berjumpa di pondok Siu-chiu-kiau-in Su Bo-tun. Bukan saja mereka memiliki kesaktian hebat, juga menyimpan jarum Chit-jiau-soh. Rupanya jika bukan anak buah Beng-gak tentu mempunyai hubungan dengan gerombolan itu!"

Walaupun berbisik-bisik, namun Siu-lam dapat juga menangkap pembicaraan itu. Ia berpaling ke arah Hian-song.

Belum sempat ia buka mulut, dara itu sudah mendahului: "Rupanya kedua orang itu membicarakan diri kita. Biar kuhajarnya!"

Siu-lam gelengkan kepala: "Justeru aku hendak mencegahmu. Biarkan saja mereka mengoceh...."

Kat Thian-beng tertawa dingin: "Harap kalian jangan menghina orang!" Habis berkata jago tua itu segera berputar tubuh dan melangkah pergi.

Kedua lelaki itu sambil loncat ke punggung kuda berseru: "Kalau tak percaya omonganku, terserah saja..." Kuda dikeprak mencongklang pesat.

Setelah kedua penunggang kuda itu lenyap, Kat Thian-beng berkata kepada Lo Kun: "Thian-lam-song-gan juga termasuk tokoh ternama. Mengapa bicaranya tak sesuai dengan pribadi?"

Tiba-tiba Lo Kun teringat bahwa semua rombongan Thian Hong terkena telapak jari beracun dari nona baju merah. Hanya Siu-lam yang tidak. Segera ia membantah: "Menilik kedudukan Thian-lam-song-gan yang begitu menonjol di wilayah Ciat-kang, mungkin dia tidak bohong. Dalam hal ini..." tiba-tiba ia menyadari bahwa Siu-lam dan Hian-song berada di samping. Buru-buru ia hentikan kata-katanya.

Siu-lam dan Hian-song mendengar semua pembicaraan itu. Untuk menumpahkan kemarahannya, mereka mengambil cara sendiri. Siu-lam menengadah memandang cakrawala, Hian-song tertawa ringan. Sayang ia gagal menyembunyikan seri wajahnya dari hawa kemurkaan dan pembunuhan....

Kat Thian-beng kerutkan dahi: "Aku sungguh tak mengerti akan ucapan Lo-heng. Apakah Lo-heng juga menaruh curiga kalau kedua anak muda itu anak buah Beng-gak..." ia berhenti sejenak, lalu katanya pula: "taruh kata benar orang Beng-gak, tapi dia telah melepas budi besar kepadamu. Masa kau tak sungkan kepadanya."

Nada Kat Thian-beng sengaja dikeraskan sehingga semua orang dapat mendengar jelas.

Kata Kat Hong kepada saudaranya: "Mengapa kali ini dia begitu mati-matian melindungi budak itu, sekalipun pemuda itu telah melepas budi besar, tetapi tak nanti ayah sampai bersikap begitu. Rasanya tentu ada sebab lain!"

"Bukankah tadi ayah mengatakan kalau pemuda itu dapat mengundurkan ayah dengan sekali pukul?" sahut Kat Wi. "Ah, tetapi aku tak percaya...."

"Ayah seorang kesatria, tak nanti dia bohong!" balas Kat Hong. "Hanya saja yang kuragukan, mungkin serangan itu hanya secara kebetulan saja mengenai ayah. Mungkin karena ayah tak menduga atau mungkin karena sungkan terhadap orang penolong. Dan mungkin pula hanya kesimpulan ayah sendiri. Karena dapat mengobati rombongan kita, ayah menduga anak itu tentu memiliki kepandaian sakti juga!"

Kat Wi merenung, katanya sesaat kemudian: "Aku mempunyai akal untuk menjajal kepandaian pemuda itu agar ayah dapat menyaksikan sendiri!"

Atas pertanyaan Kat Hong, Kat Wi menjelaskan: "Secara tak sengaja kita tabrak saja budak itu. Biar dia terhuyung-huyung mundur atau kalau perlu kita tutuk jalan darahnya secepat kilat..."

Kat Hong anggap walaupun kurang sempurna, tetapi rasanya tiada lain cara yang lebih baik dari itu. Ia menyetujui.

Siu-lam sengaja agak menjauh dari rombongan. Ketika Kat Wi dengan pemuda itu sekonyong-konyong ia percepat langkah dan terhuyung-huyung membentur punggung Siu-lam!

Siu-lam terkejut tetapi ia tak menduga jelek kalau Kat Wi sengaja hendak menabraknya. Cepat ia lompat ke muka seraya ulurkan tangan hendak menahan supaya Kat Wi jangan jatuh.

Wanita IblisWhere stories live. Discover now