108. Kalah Taruhan, Jadi Murid

2.7K 58 2
                                    

ORANG ANEH itu tertawa keras. Nadanya macam harimau terluka. Kumandangnya jauh menggema ke seluruh pegunungan. Lama sekali baru ia hentikan tertawanya.

"Ho, engkau masih sayang jiwanya?" serunya.

"Sebagai kakak-beradik seperguruan yang bergaul lama, sudah tentu mempunyai perasaan begitu. Apanya yang lucu?" sahut Hian-song.

"Aku hendak mencari seorang ahli waris. Wajah dan bakatmu, termasuk pilihan. Maka dapatlah kuberi pengecualian. Sebenarnya sekali pun engkau tak tega membunuhnya, dia juga tak dapat lolos dari kematian!" kata si orang aneh seraya pelahan-lahan longgarkan cengkeramannya.

Begitu jalan darahnya longgar, Hian-song cepat menendang jalan darah Siu lam yang tertutuk dan ia sendiri pun cepat berputar tubuh.

Ilmu meringankan tubuh orang itu hebat sekali. Gerakannyapun gesit. Begitu lepaskan cengkeramannya ia terus loncat mundur.

Sejenak memandang kearah orang itu, Hian-song muak melihat wajahnya yang seram.

Orang itu tertawa dingin, "He, he, heh, kuberimu kesempatan untuk mengunjuk kepandaianku. Tetapi bagaimana kalau engkau kalah?"

Hian-song merenung sejenak lalu menyahut "Aku tak biasa bertanding dengan tangan kosong. Jika engkau yakin dapat mengalahkan aku, mari kita bertanding dengan menggunakan senjata!"

Setelah mempunyai pengalaman beberapa kali bertempur, Hian-song merasa ilmu pedangnya telah mendapat kemajuan. Maka ia menantang orang aneh itu dengan pakai senjata.

"Tangan kosong maupun pakai senjata, aku dapat melayanimu. Tetapi engkau harus meluluskan sebuah permintaanku dulu. Ialah, kalau kau kalah, engkau harus jadi muridku!"

"Kalau engkau kalah?" balas Hian-song.

"Aku akan angkat kaki dari sini!"

"Ih, mungkin saat itu sudah terlambat," ejek Hian-song.

Orang itu kerutkan dahi dan berseru marah, "Budak hina, rupanya percuma kupakai cara lunak terhadapmu...." serempak dengan kata-kata itu, orangnyapun sudah menyerbu. Gerakannya luar biasa cepatnya.

Hian-song cepat menghindar kesamping lalu melesat untuk mengambil pedangnya yang terletak diujung ruang.

Orang aneh itu tak mau mengejar. Ia menunggu. Rupanya ia yakin sekali tentu dapat mengalahkan dara itu. Setelah mencekal pedang, semangat Hian-kong bangkit kembali. setelah menghunus, ia tertawa dingin, "Pakailah senjatamu!"

Orang aneh itu tertawa gelak-gelak, "Jika mengalahkan engkau dengan pedang, bagaimana layak menjadi gurumu?"

Hian-song taburkan pedang sebentar lalu berseru, "Kalau tak mau menggunakan senjata, Itu salahmu sendiri!" Hian-song menutup kata-katanya dengan membuka serangan pertama.

Jurus pertama dia gunakan jurus Bidadari Mendayung. Ujung pedang bertebar menjadi tiga kuntum bunga pedang masing-masing menusuk tiga buah jalan darah lawan.

Pembukaan itu telah membuat si orang aneh tergetar hatinya dan cepat-cepat menghindar ke samping.

Hian-song membayanginya. Pedang ditaburkan ke kanan kiri. Sinar pedang menghambur ke arah tujuh buah jalan darah orang.

Tetapi gerakan orang aneh itu teramat gesit. Tubuhnya laksana kupu-kupu dihembus angin, sekalipun cepat serangan Hian-song namun orang itu tetap dapat menghindarinya.

Tiba-tiba Hian-song menarik pulang pedangnya dan menegur, "Mengapa engkau tak mau membalas?"

Tampak olehnya bahwa wajah orang aneh yang pucat lesi itu, samar samar Seperti mengembang warna merah. Orang aneh itu mengangguk-angguk lalu berkata, "Tenaga dan ilmu pedangmu benar-benar diluar dugaanku...." ia tertawa seram lalu melanjutkan pula, "Seorang dara cantik yang jarang terdapat...."

Wanita IblisWhere stories live. Discover now