67. Serangan Robot Tokoh Persilatan

2.7K 63 0
                                    

Sebaliknya dengan tertawa dingin Pak-koay Ui Lian mendengus: "Sekali aku sudah berjanji hendak membantumu, tetapi tiada disertai syarat harus dengan seluruh tenagaku!"

Siu-lam kerutkan alis, pikirnya: "Dalam pertempuran nanti, walaupun inti kekuataan Siau-lim-si terletak pada barisan Lo-han-tin tetapi pada akhirnya di dalam menghadapi ketua Beng-gak dan beberapa anak buahnya yang sakti, tentu harus mengandalkan kesaktian.

Dengan demikian Lam-koay dan Pak-koay merupakan tenaga-tenaga penting yang akan menentukan kalah menangnya pertempuran ini. Jika aku tak dapat membujuk Ui Lian supaya membantu dengan sepenuh tenaga. Karena kalau hanya Lam-koay Shin Ki seorang saja, sukarlah untuk mengatasi musuh."

Serentak timbullah pikiran Siu-lam, ujarnya sambil tertawa dingin: "Jika locianpwe takut kepada wanita ketua Beng-gak itu, akupun tak berani memaksa dan marilah kuantarkan locianpwe beristirahat lagi di dalam kamar batu!"

Mendengar itu mata Pak-koay Ui Lian membalik: "Apa? Engkau hendak menjebloskan aku ke dalam ruang batu di bawah tanah itu lagi?"

"Benar!" sahut Siu-lam, "demi kepentingan locianpwe, aku sungguh kuatir kalau locianpwe berada di luar!"

Pak-koay Ui Lian tertawa nyaring: "Engkau memang dapat membebaskan aku, tetapi jika hendak menjebloskan diriku ke dalam penjara terkutuk itu, jangan harap engkau mampu!"

Siu-lam pun balas tertawa nyaring: "Seorang manusia yang tak pegang janji, tentu akan ditertawakan orang. Dan setelah mati, pun tetap akan menjadi buah tertawaan...."

Ia menengadah kepala dan tertawa pula: "Jika dia hanya seorang manusia biasa, itu tak mengapa. Tetapi jika dia seorang tokoh persilatan yang ternama, tentu lain halnya. Semua kaum persilatan tentu akan mendekap hidung, menutup telinga jika mendengar namanya disebut...."

"Keparat! Siapa yang berani menertawakan aku!" teriak Pak-koay Ui Lian.

"Saat ini ada seseorang!" sahut Siu-lam dengan serempak.

"Siapa!" Ui Lian menjerit kalap seraya menghantam.

Tetapi Siu-lam sudah bersiap-siap. Begitu melihat dia hendak gerakkan tangan, cepat ia lindungkan tangan ke dada, siap untuk menangkis.

Tiba-tiba terdengar deru angin menyambur dan pada lain saat terdengar jeritan ngeri disusul oleh sesosok tubuh yang terkapar di ambang pintu.

Ternyata korban itu adalah seorang anak buah Beng-gak dalam rombongan barisan bermuka setan. Mulut dan hidung mengeluarkan darah, tubuh meregang kaku dan jiwanya amblas.

Ternyata Pak-koay Ui Lian dalam marahnya telah mengamuk. Tetapi pukulannya itu tidak ditujukan kepada Siu-lam melainkan ke arah barisan anak buah Beng-gak. Hasilnya seorang anak buah Beng-gak telah mati seketika.

Siu-lam diam-diam girang karena sudah dapat menundukkan hati Pak-koay. Hanya karena watak tokoh itu memang aneh, sekalipun hatinya sudah menurut, tetapi mulutnya tetap berat untuk menarik kembali pernyataan yang telah diucapkan tadi. Yang jelas Pak-koay Ui Lian sudah menyatakan akan membantu Siu-lam dengan sepenuh tenaga.

Buru-buru Siu-lam menghaturkan hormat, serunya: "Terima kasih atas ketajaman pendengaran locianpwe yang luar biasa. Jika locianpwe tak bertindak, tentu salah satu dari kita akan menjadi korban perbuatan serangan gelap dari anak buah Beng-gak itu!"

Diam-diam Pak-koay Ui Lian bangga mendengar pujian itu namun sikapnya tetap sedingin es. Habis mendengus, ia palingkan muka.

Berkat kecerdasan otaknya, tahulah sekarang Siu-lam akan watak kedua tokoh aneh itu. Dia tak menghiraukan sikap tawar dari Pak-koay itu.

Kemudian berkata kepada Tay Ih siansu: "Kami akan menjaga di belakang pintu. Hendak kami lihat dulu, siapakah yang pertama masuk nanti!"

Tiba-tiba Lam-koay Shin Ki berkata: "Wanita baju kuning itu memang murid pewaris dari Lo Hian. Dan dia merupakan murid tunggal dari Lo Hian. Ketika dahulu kami bertanding dengan Lo Hian, dia masih seorang anak perempuan berumur dua belas tiga belas tahun. Tidak nyana sekarang sudah begitu besar begitu kasar. Jika tadi dia tak mengingat peristiwa pertempuran itu, tentu aku tak dapat mengenalinya lagi...."

Wanita IblisWhere stories live. Discover now