58. Kemunculan Tokoh Bu-ing-sin-kun

2.8K 58 0
                                    

Cepat-cepat ia kerahkan tenaga dalam untuk bertahan. Kemudian dengan tibanya angin pukulan itu ia segera loncat ke udara dan melayang turun setombak jauhnya.

Sekalipun dengan meminjam tenaga orang itu ia berhasil terhindar dari bencana kehancuran, namun tak urung darah dalam dadanya bergolak.

"Hei, siapakah yang memiliki tenaga dalam sedahsyat ini? Pada dalam lingkaran dua tombak di sekeliling sini, tiada tempat untuk orang bersembunyi. Jelas bahwa penyerang itu tentu berada paling sedikit pada jarak dua tombak jauhnya. Dan pukulan itu sama sekali tak mengeluarkan suara apa-apa, jauh berbeda dengan pukulan Biat-gong-ciang..." diam-diam ia menimang.

"Hai, itulah Bu-ing-sin-kun...!" mendadak ia teringat.

Dan serempak dengan itu ia mendengar suara orang tertawa macam dering kelinting. Datangnya dari arah barat di balik sebuah batu karang. Dan pada lain saat, muncullah seorang gadis berbaju merah....

Siu-lam terbeliak kaget. Nona baju merah salah satu murid dari Beng-gak. Diam-diam ia heran mengapa kedua tokoh aneh tidak mampu meringkus nona itu.

Nona baju merah itu mencekal pedang dan kebut Hud-tim. Walaupun wajahnya agak kaget namun mulutnya masih menyungging senyum, serunya: "Eh, bagaimana? Apakah kau masih hidup dan tak jadi mati terlempar di jurang?"

Siu-lam berkerut dahi, serunya: "Kau mampu lolos dari tangan kedua locianpwe itu, benar-benar besar peruntunganmu!"

Nona baju merah itu agak tertegun: "Aku dapat berubah seratus macam rupa, bagaimana engkau mampu mengenali aku?"

"Itulah! Yang dikejar oleh kedua locianpwe itu tentulah lain orang yang menyamar jadi dirimu," diam-diam Siu-lam tersadar.

Kemudian ia mendengus: "Hm, orang Beng-gak memang banyak akal muslihatnya...."

Nona baju merah itu tertawa mengejek: "Gereja Siau-lim-si sudah masuk ke perangkap kami. Tunggu apabila nanti malam suhuku datang tentu segera akan diadakan penyembelihan besar-besaran...."

"Ah, mungkin tidak seperti yang kalian harapkan..." sahut Siu-lam.

Tetapi ia tak dapat melanjutkan kata-katanya karena saat itu dadanya seperti terlanda oleh pukulan yang tidak kelihatan.

Siu-lam tadi sudah menderita serangan gelap semacam itu. Sudah tentu ia sudah berjaga-jaga. Sekalipun pukulan itu tidak mengeluarkan suara, tetapi dalam suasana dan tempat seperti di situ, asal orang memperhatikan dengan cermat, tentu akan merasa adanya semacam gelombang arus hawa dingin.

Buru-buru ia ayunkan tangan kanan menampar. Ia sudah menginsyafi bahwa tenaga dalamnya tidak dapat mengimbangi serangan pukulan tak bersuara itu.

Sehabis memukul, ia cepat-cepat loncat ke samping dan memaki. "Hai, Pek Co-gi, kalau memang kesatria, jangan main melempar batu sembunyi tangan begitu! Jika berani hayo keluarlah! Aku mau coba sampai di mana ilmu kepandaian orang Beng-gak. Selain pukulan Bu-ing-sin-kun, hayo keluarkanlah semua kebisaanmu!"

Siu-lam memperhitungkan. Kalau seorang tokoh sakti semacam Tay Hong siansu saja dapat ditundukkan Beng-gak, apalagi Bu-ing-sin-kun Pek Co-gi jago dari Tibet itu. Dan dugaan itu didasarkan bahwa kecuali Pek Co-gi, rasanya tiada lain tokoh yang memiliki ilmu pukulan tanpa suara.

Serempak dengan tantangan itu, dari balik sebuah pohon siong besar, muncullah seorang lelaki bertubuh gemuk pendek. Di belakangnya diiringi empat-lima orang.

Setelah mengetahui jelas orang-orang yang muncul itu, Siu-lam tercengang-cengang.

Si gemuk pendek memang Bu-ing-sin-kun Pek Co-gi. Sedang pengiringnya itu ialah Sin-to Lo Kun, Kiu-sing-tui-hun Kau Cin-hong, Sam-kiam-it-pit Tio Hong-kwat dan Tui-hong-tiau Ngo Cong-gi. Tokoh ternama itupun ternyata telah jatuh ke tangan Beng-gak.

Wanita IblisWhere stories live. Discover now