40. Penyelamatan Generasi Penerus

2.6K 59 3
                                    

DALAM beberapa saat kemudian, tibalah mereka di mulut lembah. Hian-song yang sedikitpun tak tampak letih, segera menyerbu. Empat orang aneh menghadangnya.

"Sret! Srett!" 

Sebelum mereka sempat bergerak, pedang si dara sudah merubuh yang dua orang.

"Sret! Srett!" 

Sekali lagi Hian-song kiblatkan pedangnya, kedua orang aneh itu yang satu terpapas lengannya yang satu terbelah kutung badannya. Hian-song benar-benar hebat sekali.

Dengan tenaga saktinya, dapatlah Sin Ciong menekan berkembangnya racun dalam tubuhnya. Sekalipun ia menyadari bahwa cara itu hanya dapat bertahan untuk sementara waktu saja, tapi tiada lain jalan baginya.

Di mana ada kemungkinan, walaupun hanya beberapa saat, ia tetap berusaha untuk bertahan hidup. Ketua Bu-tong-pay itu mengikuti di belakang si dara.

Saat itu papan besi yang menghalang di lembah telah tak tampak. Lembah sunyi senyap. Kecuali keempat orang aneh itu, tak tampak seorang pun menghadang lagi.

Siong Hong dan Siong Gwat dengan memanggul kedua putra Kat Thian-beng, tetap mengikuti Sin Ciong tojin.

Di belakang mereka Siu-lam masih tetap menghadang ketiga nona murid Beng-gak di luar lembah.

Dalam bertempur dengan Siu-lam, si nona baju merah mendapatkan bahwa dalam waktu singkat Siu-lam telah memperoleh kemajuan yang pesat sekali. Tetapi sebagai orang yang berhati tinggi, si nona baju merah tetap tak memandang mata kepada Siu-lam.

Alangkah kejutnya ketika ia tertumpuk akan kenyataan! Berapa bulan yang lalu, salah satu dari ketiga nona itu, dapat mengalahkan Siu-lam. Tapi saat itu ternyata mampu melawan mereka bertiga.

Yang membuat nona baju merah itu terkejut heran adalah ilmu pedang Siu-lam itu dalam banyak hal terdapat banyak persamaannya dengan mereka bertiga. Tapi dalam hal gerakan perubahannya, Siu-lam bahkan lebih unggul sedikit!

Melihat rombongan Sin Ciong tojin dapat melintasi lembah, si nona baju biru marah sekali. Dengan berteriak nyaring ia mainkan pedangnya makin gencar untuk mengimbangi kedahsyatan senjata tanduk rusa dari si nona baju merah....

Sebaliknya Bwe Hong-swat diam-diam gembira sekali menyaksikan kemajuan Siu-lam. Tapi ia tetap masih kuatir akan kesempatan pemuda itu.

Kedua sucinya mengamuk hebat sekali. Setiap gerakan senjatanya dilambari dengan tenaga dalam yang penuh. Sekali mengena sasarannya, tak dapat disangsikan lagi tubuh Siu-lam pasti hancur lebur!

Dalam hati ia mencemaskan keselamatan Siu-lam, tetapi agar jangan diketahui oleh kedua sucinya, terpaksa ia harus melancarkan serangan yang seru.

Demikianlah kedua senjata giok-cinya diputar dan dimainkan laksana sepasang naga yang menyambar-nyambar....

Hian-song terus melangkah keluar dari lembah. Di luar lembah ternyata tiada penghadang lagi.

Tetapi ketika berpaling dan melihat Siu-lam masih bertempur seru dengan ketiga nona Beng-gak, ia segera minta kepada Sin Ciong tojin dan rombongan supaya menunggu sebentar.

Sekali melesat dara itu masuk ke dalam lembah lagi dan berseru nyaring,

"Engkoh Lam, jangan takut, aku datang membantumu!"

Dengan jurus Long-coang-liu-sat atau Ombak Bergulung Mendampar Pasir, ia segera maju menyerang. Tetapi yang menjadi sasaran pertama adalah Bwe Hong-swat!

Bwe Hong-swat menangkis dengan giok-ci kiri lalu giok-ci di tangan kanan balas menyerang dua kali.

Sekalipun ilmu pedang Siu-lam sakti, tetapi tenaganya tetap terbatas. Sekian lama bertempur melawan ketiga nona, dia merasa letih sekali. Jika tak memiliki ilmu pedang Jiau-toh-co-hoa yang luar biasa itu, kemungkinan dia tentu sudah kalah.

Wanita IblisWhere stories live. Discover now