91. Manusia Kerdil Gunung Berapi

2.6K 48 0
                                    

"Bagaimana anak muda? Apakah engkau menemukan petunjuk jalan?" seru Ciok Sam-kong dengan nada tegang.

Menunjuk pada goha, berkatalah Tio Gan. "Benar dan tanda petunjuk suhu itu mengatakan jalan itu berada di dalam goha. Karena itu wanpwe tak berani gegabah masuk dulu!"

Melongok ke dalam goha, Ciok Sam-kong dapatkan di dalamnya gelap sekali. Pandang matanya hanya dapat memandang sejauh tiga tombak. "Tetapi kalau memang demikian petunjuk gurumu, kitapun terpaksa harus memasukinya!" katanya.

"Jika tidak masuk kesarang harimau, tidak mungkin medapat anaknya. Aku setuju dengan pernyataan Ciok-heng," seru Tek Cin. Demikianpun Thian Ce totiang.

"Jika memang demikian keputusan para locianpwe, akupun bersedia menjadi petunjuk jalan," kata Tio Gan.

Tetapi buru-buru Thian Ce totiang, "Janganlah Tio-sutit menempuh bahaya. Lebih baik pinto saja yang berjalan di depan."

Ciok Sam-kong tertawa gelak-gelak, "Paling tepat aku saja yang di muka!" Habis berkata terus saja jago tua Swat-san-pay itu mendahului masuk.

Sekalian orangpun segera mengikuti. Goha yang gelap, keadaan dalamnya naik turun tak rata. Kira-kira dua tombak jauhnya, lalu membelok kesebelah kiri. Makin lama makin gelap sekali sehingga tiap tiap orang tidak dapat melihat jari tangannya sendiri.

Ciok Sam-kong menyulut api dan memeriksa ke empat dinding, "Tentu sudah puluhan tahun guha ini tak pernah di datangi orang. Dindingnya penuh dengan pakis!"

Tiba-tiba serangkum angin dingin meniup padam api. Dan gohapun gelap gulita lagi. "Hai, mengapa angin begini dingin? Aku duga di dalam goha ini terdapat timbunan es yang tak pernah cair!" kata Ciok Sam-kong.

Cau Yan-hui tertawa, "sudah berpuluh tahun pinto tinggal di gunung Kun-lun. Kiranya pengalaman pinto cukup banyak mengenai lembah-lembah yang terdapat saljunya. Walaupun angin tadi dingin, tetapi menurut hemat pinto, bukanlah berasal dari tumpukan es!"

Tiba-tiba serangkum hawa dingin bertiup ke arahnya. Selain dingin, pun mengandung bau amis. Sekalian orang buru-buru menutup pernapasannya.

"Ah, kemungkinan besar didalam goha ini, dihuni ular besar!" akhirnya Tek Cin bicara.

"Benar, tentulah ular yang didalamnya. Goha amat sempit, kita harus hati-hati!" Seru Ciu Yan-hui seraya mencabut pedang.

Tiba-tiba Ciok Sam-kong berpaling dan berseru menegas; "Apakah engkau tak salah meneliti tanda rahasia gurumu itu?"

"Tidak, wanpwe telah meneliti dengan jelas!"

"Baiklah, jika engkau sampai salah, Jangan harap kita semua dapat hidup...." tiba-tiba jago tua Swat-san-pay itu melangkah masuk kegoha.

Entah berapa panjangnya lorong jalan goha itu. Gelap dan berliku-liku. Tiap sepuluh tombak tentu belok. Setelah berbelok empat kali, mereka tiba di persimpangan jalan.

Ciok Sam-kong berhenti dan bertanya pula kepada Tio Gan, "Cobalah cari apakah suhumu meninggalkan tanda rahasia disini!"

Karena gelap, terpaksa Tio Gan berjongkok dan meneliti tempat itu dengan cermat, tiba-tiba ia mendengar derap suara langkah kaki orang yang berat. Bukan manusia biasa, melainkan langkah dari seorang raksasa. Derap kakinya menggetarkan bumi, mirip dengan puncak gunung yang berguguran.

Tio Gan lekatkan telinganya ketanah. Ah, suara langkah kaki itu semakin jelas.

Ciok Sam-kong menyulut api, serunya: "Apakah sudah menemukan?"

Tio Gan gelengkan kepala dan menyatakan masih belum menemukan sesuatu karena tempat gelap sekali. Serangkum angin amis menyerbak hidungnya dan menyusul terdengar bunyi mendesis-desis dan menyusul sesosok makhluk yang besar berjalan mendatangkan mereka.

Wanita IblisWo Geschichten leben. Entdecke jetzt