120. Penyesalan Tokoh Lo Hian

1.7K 48 0
                                    

Ia berhenti untuk batuk-batuk, nafasnya terengah engah.

"Ah, kalau menilik napasnya, dia seperti sedang menderita sakit berat. Kalau begitu, cita-citaku untuk mengadu kepandaian dengan orang itu tentu tak terlaksana," diam-diam Siu-lam membatin.

"Suhu memiliki tenaga dalam yang sakti dan bermacam-macam ilmu istimewa. Jika suhu beristirahat, tentulah tenaga suhu akan pulih kembali..."

"Ah ..." orang tua aneh cepat menukas kata-kata Bwe Hong-swat. "Obat hanya mengobati penyakit tidak dapat membasmi. dan di dunia ini tidak ada obat yang dapat membuat orang panjang umur. Tak perduli bagaimana tinggi lwekang seseorang, semua tentu akan mati. Dan aku si tua yang sudah begini lanjut usia ini, matipun tak kecewa. Hanya Sip Siau-hong, si budak keparat itu ..."

Kembali ia batuk-batuk beberapa saat sehingga tak dapat melanjutkan ucapannya.

"Harap suhu jangan banyak bicara dulu dan tenangkan diri mengobati sakit. Tempat ini anginnya keras pada malam hari. Lebih baik cari tempat istirahat yang terlindung dari angin. Nanti kita bicara lagi" kata Bwe Hong-swat.

"Tidak," kata orang tua itu. "Aku sudah seperti pelita kehabisan minyak. Suatu saat tentu mati. Sedang pertemuan Jembatan Prenyak itu menyangkut kepentingan dunia persilatan. Di dunia tiada seorang manusia yang mampu memecahkan rahasia itu. Maka aku kuatir, mereka akan menjadi korban keganasan budak perempuan itu ......"

Kemudian dengan suara yang lemah ia melanjutkan kata-katanya pula: "Semoga Tuhan memberikan aku umur beberapa hari lagi agar dapat menghancurkan barisan Jembatan Prenyak!"

Rupanya Bwe Hong-swat tak dapat menahan keinginannya tahu lagi, tanyanya, "Mengapa barisan itu disebut Jembatan Prenyak?"

Sahut orang tua itu, "Kugunakan cara-cara bangsa burung bergerak. Perobahan barisan itu mengambil intisari gerak gerik burung yang khusus menaburkan racun. Tetapi di dalam barisan itu penuh berhias dengan nyanyian burung dan wanginya bunga serta merdunya dendang suara gadis-gadis cantik, dan tarian yang mengasyikkan. Di dalam kemegahan dan keagungannya tersembunyi suasana penbunuhan. Nama Jembatan Prenyak merupakan garis pemisah yang kabur antara mati dan hidup!"

"Oh, begitu," kata Bwe Hong-swat.

Orang tua itu tiba-tiba bangun dan duduk, ujarnya, "Mungkin aku tak ada harapan lagi. Lekas papahlah aku!"

"Sebaiknya suhu rebah saja, mengapa mau bangun?" tanya Bwe Hong-swat.

"Di bawah tempat dudukku ini terdapat sehelai peta Jembatan Prenyak dan lampiran cara pemecahannya. Sip Siau-hong menganggap dirinya pandai tetapi tak tahu kalau aku sudah bersedia. Setelah menciptakan barisan aneh itu, lalu kuperas otak uatuk mencari cara pemecahannya. Dan setelah ketemu lalu kucatat dalam sebuah buku. Apabila aku mati, kau harus mempelajari cara pemecahan barisan itu dengan teliti. Ketahuilah bahwa hal itu menyangkut kepentingan besar, jangan menelantarkannya!"

"Baiklah, murid pasti akan melaksanakannya" kata Bwe Hong-swat memapah gurunya dengan sebelah tangan, lalu tangannva yang kiri merogoh ke bawah tempat duduk.

Benar saja, ia dapat menemukan sebuah kitab.

"Simpanlah kitab itu. Dan carikanlah tempat yang sesuai untuk panguburanku..." kata orang tua itu.

Siu-lam terkejut, pikirnya, "Apakah dia sudah tahu kalau bakal mati?"

Setelah menyimpan kitab, Bwe Hong-swat minta orang tua itu beristirahat. Rupanya orang tua aneh itu sudah terlaksana isi hatinya. Ia merebahkan diri di atas kereta lagi.

Saat itu Siu-lam sudah memastikan bahwa orang tua kurus kering itu adalah Lo Hian, tokoh yang paling agung di dunia persilatan.

Mengingat bagaimana gagah perkasa ketika dia masih malang melintang di dunia persilatan dulu, kemudian pada saat itu berubah menjadi seorang tua jompo yang sudah loyo, Siu-lam menghela napas rawan.

Wanita IblisWo Geschichten leben. Entdecke jetzt