53. Ilmu Pedang Tat-mo-sam-kiam

3.4K 63 0
                                    

"Misalnya dalam kalangan Siau-lim-si," Kak Bong taysu lebih lanjut, "sejak Tat Mo cousu mendirikan gereja Siau-lim-si, dengan kecerdasan yang gemilang dan bakatnya yang luar biasa, cousu telah delapan tahun bersemadhi dan akhirnya dapat menciptakan kitab Tat-mo-ih-kin-cin-keng. Walaupun di kemudian hari jumlah anak murid Siau-lim-si makin tambah besar, tetapi tiada seorangpun yang dapat memahami warisan ilmu Tat Mo Cousu itu. Siau-lim-si memiliki tujuhpuluh dua ilmu kesaktian. Tetapi hingga saat ini, loni belum mendengar bahwa di antara angkatan Siau-lim-si yang terdahulu, mampu memahami benar-benar seluruh ilmu itu. Telah diatur cara latihan yang berlapis. Setelah diberi ajaran oleh sucou (guru) maka murid-murid itupun mengadakan latihan bersama. Tetapi itu pun tak berhasil menciptakan seorang tokoh yang benar-benar mencapai kesempurnaan...."

Paderi tua itu menghela napas.

"Bukan maksud loni hendak menonjolkan keadaan Siau-lim-si tetapi hanya sekedar menceritakan yang sebenarnya. Di dalam memilih anak murid, Siau-lim-si memang keras. Dititikberatkan pada kecerdasan dan peribudinya, barulah diberikan ilmu sakti. Tetapi kehidupan di dalam gereja yang keras itu, memang jarang orang yang dapat tahan. Banyak para angkatan tua, telah mencurahkan hidupnya untuk mempelajari ilmu silat, sehingga mereka tak pernah keluar ke masyarakat ramai. Maksudnya agar mereka tidak terganggu pikirannya oleh urusan dunia. Tetapi hasilnya pun kurang memadai. Yang mampu menguasai duapuluh satu macam ilmu sakti gereja Siau-lim-si, dapat dihitung dengan jari...."

Berkata sampai di sini, paderi tua itu merenung diam. Berselang berapa jenak kemudian baru ia menghela napas, ujarnya: "Menurut apa yang loni ketahui, sampai sekarang, Siau-lim-si telah turun-temurun berpuluh angkatan. Muridnya tak terhitung jumlahnya. Di antara mereka yang tergolong paling tinggi kepandaiannya, hanya dapat menguasai limapuluh empat macam ilmu kepandaian saja...."

Kak Hui taysu nyeletuk: "Di dalam kalangan Siau-lim-si, suhenglah satu-satunya yang dapat mencapai pertapaan selama tigapuluh tahun. Dengan demikian dapatlah kiranya suheng dianggap sebagai satu-satunya murid yang mampu mencapai tingkat tertinggi."

Kak Bong taysu gelengkan kepala: "Setelah bertapa selama tigapuluh tahun itu, barulah loni mengetahui kesusahan Lo Hian. Sekalipun tak rela menurunkan ilmu kepandaiannya pada orang yang tak sesuai dengan cita-citanya, tapi dia tidak menghendaki ilmu itu sampai turut lenyap bersamanya ke alam baka...."

Ia menatap Siu-lam, ujarnya: "Begitulah susahnya mencari tunas berbakat!"

Serentak Siu-lam tersadar dan tersipu-sipu berlutut memberi hormat: "Banyak terima kasih atas petunjuk locianpwe yang berharga itu."

Wajah Kak Bong siansu berseri-seri: "Walaupun aku melanggar peraturan perguruan, tapi aku telah menurunkan hasil pertapaanku selama tigapuluh tahun kepada dunia. Asal kelak kau mempergunakan ilmu itu demi kejayaan Siau-lim-si, loni tentu mati dengan tenteram di alam baka!"

Siu-lam mengangkat muka dan berkata dengan tandas: "Petunjuk locianpwe itu, bagai lonceng pagi di hati wanpwe. Mengapa wanpwe tidak mati terlempar ke dalam jurang ini. Mengapa wanpwe pun tidak mati dimakan beruang tadi. Beberapa bulan ini, wanpwe telah mengalami bahaya maut dan peristiwa-peristiwa yang tegang. Kesemuanya itu makin menambah kesadaran hati wanpwe. Maka sekiranya diri wanpwe sebagai murid gereja Siau-lim-si. Agar wanpwe dalam mengabdikan hidup wanpwe pada gereja...."

Sampai beberapa jenak Kak Bong taysu menatap wajah pemuda itu. Ia bergeleng kepala: "Engkau bukan selayaknya menjadi murid gereja."

"Tetapi tekad wanpwe sudah bulat. Harap locianpwe jangan mensia-siakan permohonan wanpwe ini!"

"Semua sudah tersurat dalam takdir. Tak dapat manusia menolaknya!" kata Kak Bong taysu.

Masih Siu-lam mendesak: "Hidup wanpwe penuh kehampaan, jika locianpwe sudi...."

Wanita IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang