73. Korban Jaring Thian-jan-si

2.4K 53 2
                                    

Lam-koay benar-benar tidak diberi kesempatan untuk balas menyerang.

Pak-koay agak gelisah. Ia dapat membantu Lam-koay mengirim pukulan kepada wanita itu. Tapi karena wanita itu menggunakan siasat cerdik untuk merapat pada Lam-koay, terpaksa Pak-koay tak berani gegabah menghantam.

Tigapuluh jurus lamanya Lam-koay dikurung dalam serangan deras oleh ketua Beng-gak. Dahsyat dan cepatnya serangan si wanita, benar-benar membuat Lam-koay kelabakan membela diri. Sama sekali ia tak mampu balas menyerang.

Dalam pada Lam-koay mengikuti pertempuran itu dengan penuh perhatian, ia sudah siapkan pengerahan lwekang untuk setiap detik digunakan menghantam ketua Beng-gak.

Tapi wanita itu tidak mau melepaskan siasat untuk menyerang secara merapat pada Lam-koay.

Siu-lam pun mengetahui juga akan siasat ketua Beng-gak itu. Secepat kilat ia memperoleh akal.

"Awas Ui locianpwe, wanita itu tentu sedang merencanakan tipu muslihat..." serunya kepada Pak-koay.

"Jangan kuatir," Pak-koay tertawa dingin, "Shin tua meskipun kehilangan kesempatan, tapi tak mungkin kalah. Pertempuran malam ini mereka pasti takkan makan enak...."

Tiba-tiba wanita itu melengking. Ia menutuk dada Lam-koay dengan dua buah jari....

Sebenarnya karena tak mampu melepaskan diri dari libatan serangan si wanita baju kuning, Lam-koay marah sekali. Melihat totokan jari si wanita walaupun ganas tapi lamban, timbullah rencananya supaya ia dapat menguasai kembali kedudukannya.

Setelah menghimpun tenaga murni, tiba-tiba ia menyurut mundur dua langkah. Tapi pada saat ia hendak lancarkan serangan balasan, tiba-tiba dari tangan ketua Beng-gak yang menutuk tadi, meluncur sebatang belati kecil bersinar hijau.

Serangan itu benar-benar tak terduga sama sekali. Betapapun kesaktian Lam-koay, tapi karena diserang dari jarak yang dekat, ia tak berdaya menghindar lagi.

Dalam gugupnya ia miringkan tubuhnya ke samping. Dadanya terhindar tetapi bahu kirinya, terasa sakit sekali. Belati kecil menyusup sampai ke tulang bahu!

Pak-koay mendengus. Cepat melesat maju menghantam seraya memaki: "Hidung kerbau Lo Hian itu memang pandai sekali membuat senjata gelap untuk mencelakai orang. Kau, budak perempuan, kepandaian yang sejati tak mampu mewarisi sepenuhnya, sebaliknya mempelajari warisannya yang jahat!"

Ketua Beng-gak itu menghindar ke samping lalu balas menutuk. Tutukan itu disebut tutukkan sakti Thian-kong-ci. Merupakan ilmu istimewa yang diwariskan Lo Hian.

Seluruh lwekang dipusatkan ke ujung jari, hebatnya bukan kepalang. Walaupun orang memiliki kepandaian ginkang yang tinggi untuk melindungi diri, tapi tetap sukar menahan tutukan jari itu.

Dahulu ketika berhadapan dengan Lo Hian, Pak-koay pun menderita kerugian dari tutukan itu. Rasa ngeri masih membekas dalam hati. Maka begitu mendengar angin tajam mendesis desis, cepat-cepat ia loncat menghindar.

Tetapi wanita ketua Beng-gak itu tak mau memberi kesempatan lagi. Kalau tadi kepada Lam-koay, sekarang kepada Pak-koay pun dilepaskannya sepasang belati hijau.

"Budak hina, engkau memang pandai menyerang secara pengecut!" Pak koay membentak keras seraya menghantam belati itu.

Pada saat tangan Pak-koay sedang menghantam serangan belati, tiba-tiba wanita itu lontarkan sebuah jaring sutera untuk menjaring Pak-koay.

"Awas, Ui locianpwe!" teriak Siu-lam.

Pak-koay terkejut.

Tampak jaring sutera yang ditebarkan ke arahnya itu mencangkup beberapa tombak luasnya. Walaupun mempunyai ilmu gin-kang yang bagaimana saktinya, tak mungkin dapat lolos.

Wanita IblisWhere stories live. Discover now