52. Syarat Pertukaran Ilmu Sakti

2.8K 62 1
                                    

Kembali orang tua itu menghela napas panjang: "Engkau sudah tidur hampir duapuluh empat jam lamanya. Selama engkau tidur tadi, loni telah membuka beberapa jalan darah di tubuhmu. Ah, berpuluh-puluh tahun loni pantang untuk membunuh jiwa, sekalipun seekor semut. Tetapi demi untukmu, loni telah melanggar pantangan itu dan membunuh Jim-hiong. Habiskanlah makanan itu, nanti loni masih perlu bicara denganmu!"

Siu-lam mengenali suara itu adalah suara si orang tua berambut putih. Dengan pejamkan mata segera ia menghabiskan sate bakar limpa Jim-hiong. Setelahnya ia melangkah keluar.

Tetapi orang tua berambut putih tadi memanggilnya supaya masuk. Tampak orang tua berambut putih duduk bersila sedang orang tua gundul yang berjenggot hitam menyandar ke dinding karang sambil pejamkan mata.

Siu-lam menghaturkan terima kasih atas pertolongan orang tua itu yang telah menyelamatkan jiwanya dari Jim-hiong. "Engkau bukan anak murid Hud, tak perlu memberi hormat begitu rupa. Silahkan duduk," kata si orang tua berambut putih.

Siu-lam terpaksa menurut kemudian menanyakan petunjuk-petunjuk apa yang hendak diberikan orang tua itu.

"Usiamu masih muda, tetapi engkau memiliki kepandaian yang luar biasa. Sayang sumbernya tak jelas maka sekalipun kepandaianmu itu sakti, tetapi bukan tergolong yang paling tinggi. Benarkah ucapan loni ini?" kata si orang tua berambut putih.

Siu-lam terkejut dan mengakui memang ia telah mendapatkan suatu rejeki besar sehingga memperoleh suatu ilmu kesaktian yang aneh.

Orang tua berambut putih mengelus-elus jenggotnya lalu berkata: "Ilmu silat itu sumbernya satu, dalamnya tiada terbatas. Memang panjang sekali kalau mau diterangkan. Tetapi pada pokoknya hanya terbagi menjadi dua aliran, yakni aliran Ceng-cong dan Pian-ci. Aliran Ceng-cong mengutamakan pada dasar dan ketekunan latihan. Kemajuannya memang lambat, tetapi merupakan pengokohan jasmani yang utama...."

Ia menghela napas sejenak, lalu berkata pula: "Dan yang disebut Pian-ci itu adalah memang mengutamakan jurus-jurus yang aneh untuk merebut kemenangan. Dan walaupun terhitung menjaga diri dan melindungi jiwa tetapi ilmu itu cenderung ke aliran nyeleweng. Misalnya menggunakan obat-obatan Im dan Yang, meminjam tenaga orang dan lain-lain. Tetapi ah, ilmu itupun mempunyai sifat-sifat kebaikannya juga."

"Bagaimana sifat kebaikannya itu?"

"Bagus, pertanyaan yang bagus," seru orang tua itu perlahan.

Siu-lam heran. Buru-buru ia bertanya: "Apakah wanpwe salah omong? Mohon locianpwe suka memberi maaf!"

"Bila engkau anak murid perguruan kami, atau seseorang yang berhati luhur, sekalipun dalam hati mau mendengarkan kelanjutannya, tetapi tentu tak berani bertanya kepada loni," kata orang tua itu.

"Jadi locianpwe menganggap wanpwe ini seorang yang rendah budi?"

Sahut paderi tua itu: "Menilik tulangmu, engkau seorang berbakat bagus. Tetapi kecerdasan otak terbatas, keluhuran jiwa kurang. Syukur masih mempunyai hati yang perwira dan iman yang baik!"

"Tiap patah kata yang locianpwe ucapkan merupakan kata-kata emas. Terus terang tanpa tedeng aling-aling. Wanpwe makin tersengsam."

Orang tua berambut putih itu mengelus-elus jenggotnya tertawa: "Menilik keadaan dunia persilatan dewasa ini, memang perlu seorang yang seperti engkau. Ialah orang yang muda dapat menyesuaikan diri dan menghadapi setiap perubahan. Tegas dan berani bertindak! Dengan demikian barulah suasana kejahatan dalam dunia persilatan selama ini dapat tersapu bersih."

Siu-lam tersipu-sipu mengucapkan kata-kata merendahkan diri.

"Tetapi loni mengatakan suatu kenyataan, bukan bermaksud hendak menyanjungmu!"

Wanita IblisDonde viven las historias. Descúbrelo ahora