104. Bakarlah Kitab-kitab Lo Hian . . . . .

2.4K 54 0
                                    

Habis berkata Kat Hong mengangkat tangan kanan. Pada saat ia hendak menghantam ubun-ubun kepalanya sediri tiba-tiba tubuhnya dibentur suatu tenaga dahsyat sehingga terlempar ketempat Bwe Hong-swat.

Kiranya yang membentur Kat Hong itu adalah si tabib gila Gan Leng-poh.

Bwe Hong-swat menyambut dengan dorongan agar tubuh pemuda itu tertahan.

Tetapi celaka, tenaganya habis karena terhapus tenaga ajaib itu. Ia terbentur tubuh Kat Hong dan pemuda itu tergelincir kesamping, membentur dinding ruang.

Buru-buru Kat Hong loncat mundur. Sebelah kakinya menginjak sebuah batu yang menonjol.

Wahai! tiba-tiba tenaga gaib dari tanah itu lenyap seketika. Buru-buru Kat Hong mengawasi kebawah batu yang diinjaknya itu. Hai, kiranya dibawah kakinya itu terdapat sebuah botol porselen penuh berisi pil.

Dalam pada itu, Bwe Hong-swat yang terlanda tubuh Kat Hong tadipun membentur dinding ruangan. Berlainan dengan Kat Hong yang secara tak sengaja telah menginjak batu menonjol sehingga aliran tenaga gaib itu lenyap.

Dinding yang dibentur Bwe Hong-swat itu malah lebih keras aliran tenaganya ajaib. Tubuh nona itu basah kuyup dengan keringat wangi. Alisnya menegak. Rupanya ia sedang berjuang menahan penderitaan yang hebat.

Melihat itu Kat Hong loncat ke samping Bwe Hong-swat dan ulurkan tangan hendak memeluknya.

"Jangan menjamah aku!" bentak Bwe Hong-swat seraya menampar.

Karena sudah pernah merasakan betapa sakitnya tangan si nona, kali ini Kat Hong tak mau menerima lagi. Ia lepaskan cekalannya dan loncat mundur. Sebelumnya ia sudah memperhitungkan jaraknya maka dengan tepat ia loncat menginjak botol obat tadi.

Melihat kearah Bwe Hong-swat, dihadapinya nona itu tengah pejamkan mata. Mukanya basah bersimbah peluh. Tetapi nona itu keras sekali hatinya. Sepatahpun ia tak merintih.

Melihat keadaan nona itu, timbullah rasa kasihan Kat Hong.

Setelah memperhitungkan letak beberapa jalan darah Hun-hiat (pingsan) di tubuh nona itu, sekonyong-konyong ia loncat dan secepat kilat menutuk jalan darah pemingsan Bwe Hong-swat. Lalu menarik tubuhnya kedalam pelukan dan loncat mundur keatas botol obat itu pula.

Saat itu si tabib gila Gan Leng-poh melonjak-lonjak semakin cepat. Tingkahnya tak ubah seperti semut diatas kuali panas.

Kat Hong kasihan melihat keadaan tabib itu tapi apa daya. Botol pil yang dapat menghentikan hamburan tenaga ajaib itu hanya cukup hanya diinjak sebelah kaki.

Membopong Bwe Hong-swat dan berdiri dengan sebelah kaki diatas botol itu, sudah cukup payah. Apalagi harus menolong si tabib.

Akhirnya dengan hati yang tersayat, ia terpaksa melihati saja keadaan si tabib yang menderita siksaan. Kat Hong menunduk. Dilihatnya Bwe Hong-swat masih meram. Tetapi keringatnya berkurang.

Suatu penanda bahwa nona itu sudah tak menderita sakit lagi. Hanya karena tertutuk jalan darahnya ia masih pingsan.

Tabib Gan Leng-poh menjerit-jerit makin keras. Ia seperti kerbau gila yang mengamuk. Melonjak-lonjak berputaran keseluruh ruangan.

Karena lama berdiri dengan sebelah kaki menginjak botol, akhirnya Kat Hong rasakan kakinya linu.

Ia loncat untuk berganti kaki yang satu.

"Krek...." karena diinjaknya keliwat berat, botol obat itu pecah. Obat dalam botol itu berhamburan menumpa kelantai.

Saat itu tenaga Gan Leng-poh habis dan rubuhlah tabib itu ketanah. Untuk mengurangi rasa sakit yang menyerang dadanya, ia bergeliatan dan tangannya meregang-regang menyambar mencengkram kian kemari.

Wanita IblisWhere stories live. Discover now