35. Tay Hong Putus Hubungan

1.7K 52 1
                                    

Kedelapan gadis itupun mundur.

Kembali suara dari dalam ruang gelap itu melengking lagi, "Dapat memenangkan dengan beberapa pelayanku, masih belum termasuk sakti. Siau-lim-si adalah partai termasyhur dan dianggap sebagai pemimpin dunia persilatan. Jika berani, masuklah ke ruang Hwe-lun-tian ini!"

Tay Hong sejenak berpaling ke belakang. Tampak Bwe Hong-swat masih tegak memeluk senjatanya Giok-ci. Sedangkan rombongan orang gagah di luar lembah tadi masih belum tampak muncul. Diam-diam ketua Siau-lim-si resah....

Lembah sempit itu hanya cukup dilalui dua orang. Jika orang Beng-gak menugaskan jago-jagonya yang sakti untuk menjaga mulut lembah itu, tentu sukar bagi rombongan orang gagah untuk menerobos masuk.

Dan mengapa Siau Yau-cu yang dipandang sebagai tokoh dewa pedang, begitu masuk ke dalam ruang Hwe-lun-tian lantas tak kedengaran suaranya lagi? Demikian pertanyaan-pertanyaan yang mencengkam dalam benak Tay Hong saat itu.

"Paderi tua, apakah kau takut?" kembali orang di dalam ruang gelap itu melengking dengan tertawa mengejek.

Tay Hong benar-benar gelisah. Tidak masuk, kuatir akan ditertawakan. Berarti pula nama Siau-lim-si akan jatuh. Namun masuk, ia kuatir masih akan memasang perangkap yang ganas. Ketua Siau-lim-si itu ragu-ragu tak dapat segera mengambil keputusan....

Kembali suara lengking tertawa dari ruang itu terdengar pula, "Paderi tua, jika takut janganlah masuk. Segeralah berlutut di depan pintu dan memberi hormat tiga kali kepadaku...."

"Ho, kau anggap loni ini orang apa?" teriak Tay Hong dengan gusar, "Sekalipun ruang Hwe-lan-tian ini merupakan gunung golok hutan pedang, loni tetap akan masuk juga!"

Dengan lintangkan tongkat sian-ciang, paderi Siau-lim-si itu segera melangkah masuk. "Bum..." begitu masuk, pintu besipun segera mengatup rapat ruang gelap gulita sekali sehingga tak dapat ia melihat jari tangannya sendiri.

Tay Hong kerahkan lwekang untuk melindungi diri lalu memandang ke sekeliling. Berkat lwekangnya yang tinggi, penglihatannyapun tajam sekali. Cepat ia segera dapat melihat keadaan ruang itu.

Pada dinding sebelah muka, terdapat sebuah ranjang dari batu pualam hijau. Di atas ranjang itu duduk bersila seorang wanita berpakaian pertapa, tetapi wajahnya diselubungi kain kerudung warna hitam.

Siau Yau-cu dan Su Bo-tun tak nampak berada di ruang situ. Entah di mana mereka. Pada keempat ujung tiang, ditaruh sebuah pot bunga yang menyiarkan bau harum, kecuali pot bunga, ranjang pualam dan wanita berkerudung, lain-lain benda tak terdapat dalam ruangan itu.

Diam-diam Tay Hong heran, pikirnya, "Menilik sikapnya, wanita berkerudung itu bukan seperti orang yang habis bertempur. Tetapi mengapa Siau Yau-cu tak kelihatan?"

Tay Hong memandang ke sebelah muka lalu berseru, "Apakah nona yang menjadi tuan rumah di sini?"

Wanita itu perlahan-lahan menyingkap kain kerudung yang menutupi wajahnya. Seketika ruangan yang gelap gulita itu menjadi terang benderang menyilaukan mata.

Sebuah wajah yang cantik jelita menonjol gilang-gemilang....

Kiranya sinar terang itu berasal dari untaian permata yang dilekatkan pada kain kepalanya. Di antara roncean berpuluh-puluh permata itu, paling depan sendiri adalah sebutir mustika sebesar buah kelengkeng. Sinarnya paling terang sendiri. "Benar!" sahutnya dengan suara hening.

Betapapun kuat iman Tay Hong, namun tak urung tergetar juga hatinya melihat kecantikan wajah wanita itu. Betul-betul ia kerahkan semangatnya untuk menguasai dirinya.

Setelah itu, ia bertanya pula, "Kemanakah orang yang masuk ke sini tadi?"

Jawab wanita itu dengan nada melengking genit, "Ruang Hwe-lun-tian merupakan ruanga peleburan nyawa. Begitu masuk, mana dapat keluar lagi? Kedua sahabatmu itu telah terbenam dalam lautan derita siksaan yang hebat. Setelah mereka sadar akan kesalahannya dan bersedia bernaung dalam Beng-gak, barulah mereka dapat keluar dari laut penderitaan itu."

Wanita IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang