33. Perjamuan Maut Ketua Beng-gak

3.2K 65 0
                                    

Melihat itu Tay Hong segera mencegah, "Harap toheng suka merawat sute toheng yang terluka itu dan biarlah loni yang menerima pelajaran dari nona itu!"

Dua jago Kun-lun-pay yang satu sudah terluka maka sebagai pemimpin rombongan, tak enaklah kata Tay Hong kalau membiarkan Thian Heng maju.

"Taysu adalah pemimpin rombongan, mana boleh bertindak sendiri. Biarlah pinto saja yang menghadapinya!" sahut Thian Heng.

Tay Hong tetap mencegahnya dan ia akan maju.

Tetapi Thian Heng tetap berkeras hendak maju, "Pinto hendak membalas sakit hati suteku!"

Kiranya Thian Heng telah mengetahui bahwa keadaan sutenya memang parah sekali. Andaikata dapat tertolong jiwanya, pun kemungkinan akan menjadi cacad.

Sejak kecil ia sudah hidup bersama dan belajar bersama dengan sutenya. Hubungan keduanya sudah seperti saudara sekandung. Maka ia sedih dan marah sekali ketika sutenya menderita penganiayaan sedemikian rupa. Ia bertekad hendak menuntut balas.

Tiba-tiba didengar sebuah suara melengking dari rombongan orang gagah, "Sudahlah, tak perlu kalian ribut mulut!"

Serentak dengan itu sesosok tubuh langsing melompat keluar. Itulah si dara Hian-song!

Kiranya ketika melihat Bwe Hong-swat dapat melukai Thian Jio tojin, tiba-tiba timbullah sesuatu dalam hati Hian-song.

Pikirnya, "Budak itu cantik sekali dan amat baik dengan Engkoh Lam. Lebih baik menggunakan kesempatan saat ini untuk membunuhnya agar dia jangan selalu mengganggu pikiran engkoh Lam!"

Hian-song seorang dara yang masih hijau. Dan ia paling tak dapat mengendalikan emosinya. Apa yang dipikir tentu segera dilaksanakan seketika.

Thian Heng tak kenal siapa dara itu. Ia kuatir jangan-jangan dara itu akan kalah. Tetapi baru ia hendak mencegahnya, Hian-song sudah mencabut pedang dan loncat ke muka. Tanpa berkata apa-apa, ia terus menusuk Bwe Hong-swat dengan jurus Ki-hong-ceng-kau.

Karena didahului, terpaksa Thian Heng mengalah. Ia mendengus dingin dan mundur. Lalu bertanya kepada Tay Hong, "Siapakah nona itu? Mengapa dia tak tahu aturan?"

Tetapi Tay Hong hanya menjawab, "Ah, mengapa toheng masih memandang tinggi peradatan-peradatan yang tak berarti? Biarkan dia yang maju!"

Bwe Hong-swat putar giok-ci untuk menangkis serangan Hian-song. Begitu pedang terpental, tiba-tiba Hian-song berputar tubuh dan menabas tubuh lawan.

Gerakan itu aneh sekali. Hanya seorang ahli pedang semacam Siau Yau-cu yang dapat mengetahui bahwa gerakan dara itu sesungguhnya sebuah ilmu pedang yang tergolong tingkat tinggi .......

"Tring..." kembali terdengar dering senjata beradu dan sekonyong-konyong Hian-song berputar ke sebelah kiri. Kali ini gerakan pedang makin dahsyat, begitu pula berputaran diri itupun lebih cepat dari yang tadi.

Sepintas pandang gerakan si dara itu memang biasa saja. Sekalian orang gagahpun tak mengerti ilmu apa yang digunakan dara itu. Mereka hanya melihat dara itu menangkis dan menghindar.

Bwe Hong-swat pun tak mengerti apa serangan yang dimainkan dara itu. Maka iapun lagi-lagi hanya gerakkan giok-cinya untuk menangkis.

Hian-song mengulangi gerak berputar tubuh dan menusuk pedang itu sampai empat kali. Setiap kali lebih dari yang terdahulu.

Anehnya setelah empat kali berturut-turut menangkis serangan Hian-song, Bwe Hong-swat tampak tak kuat. Nona itu terpental mundur selangkah. Ia rasakan serangan pedang si dara semakin lama semakin dahsyat sekali.

Tiba-tiba terdengar sebuah suitan nyaring. Hian-song terkejut dan menarik pulang pedang. Berpaling ke belakang, dilihatnya sekalian orang gagahpun celingukan kian kemari untuk mencari siapa yang bersuit senyaring itu!

Wanita IblisWhere stories live. Discover now