34. Pintu Mati - Hidup

3.1K 67 0
                                    

TIBA-TIBA dari belakang kedua orang tinggi besar itu terdengar suara orang melengking, "Sudahlah, jangan bertempur, berhentilah!"

Kedua orang tinggi besar itu menurut perintah. Mereka menarik tongkat dan tegak berdiri di samping.

Seorang nona baju biru yang membawa senjata aneh macam tanduk rusa, muncul di hadapan kedua orang tinggi besar. Dengan wajah berseri tawa, berserulah nona itu, "Paderi tua dan kau Tok-gan-kui (Setan mata satu yakni Siau Yau-cu), dengarlah aku hendak bicara...."

"Apa maksudmu?" tegur Siau Yau-cu.

"Lembah ini sempit sekali. Jika tak biasa bertempur di sini, tentu tak dapat mengembangkan kepandaiannya...."

Diam-diam Siau Yau-cu membenarkan kata-kata nona itu. Namun ia menyahut dingin, "Apakah maksud nona?"

Jawab nona baju biru itu, "Meskipun tuan berdua sakti, tetapi sukar rasanya untuk melintasi hadangan-hadangan dalam lembah ini."

"Hm, hendaknya nona jangan bicara berputar-putar," dengus Siau Yau-cu, "harap lekas katakan apa maksud nona!"

Nona baju biru itu tertawa, "Jika tuan berdua hendak melintasi jalanan ini, harap mundur dan kembali ke tempat semula dulu. Setelah kami bertiga menyeberang keluar, barulah tuan berdua masuk ke dalam lembah...."

"Ah, kiranya berputar-putar sampai sekian lama, nona itu hanya menghendaki kedua tokoh itu mundur keluar lembah." Siau Yau-cu tertawa hambar, "Ah, lebih baik nona saja yang mundur kembali dan kami yang melintasi lebih dulu!"

"Omitohud!" tiba-tiba Tay Hong berseru, "Hud-co ampunilah murid hendak membuka pantangan membunuh!"

Dengan kerahkan tenaga lwekang, ia melangkah ke muka. Tongkatnya tiba-tiba bergerak dalam jurus Tit-to-ui-liong (luruk menjolok naga kuning), menusuk ke arah salah seorang lelaki tinggi yang berdiri menyambar karang gunung sebelah kiri.

Orang tinggi besar itu cepat-cepat gerakkan tongkat gok-song-pangnya untuk menghantam tongkat orang.

Tay Hong adalah ketua Siau-lim-si. Dia sebenarnya memiliki kepandaian sakti dan lwekang yang tinggi. Tetapi sebagai seorang paderi yang saleh, ia selalu bermurah hati dan menjunjung perikemanusian. Tetapi saat itu karena mencemaskan keselamatan Su Bo-tun, maka ia bertindak keras.

"Tring," tangkisan orang tinggi besar itu tak mampu menghalang tongkat Tay Hong. Ujung tongkat ketua Siau-lim-si tetap langsung menusuk lambung si tinggi besar.

"Huak..." mulutnya muntah darah dan orangnya terpental beberapa meter di belakang si nona baju biru!

Seumur hidup jarang Tay Hong turun tangan seganas itu. Bahwa sekali gerak ia membinasakan jiwa si tinggi besar, paderi Siau-lim-si itu terkesiap sendiri dan buru-buru mengucap omitohud. Serunya, "Jika kalian berdua tetap tak mau menyingkir, jangan salahkan loni berlaku ganas!"

Ucapan itu ditutup dengan tusukan ujung tongkat kepada si tinggi besar yang berada di sebelah kanan. Hanya saja, kali ini ia cuma gunakan separoh tenaganya.

Rupanya si tinggi besar yang ini, gentar menyaksikan kesaktian jago Siau-lim-si itu. Namun mau tak mau ia terpaksa menangkis juga. Tetapi caranya agak istimewa. Tongkat dilontar ke arah tongkat Tay Hong, kemudian cepat-cepat orang tinggi besar itu loncat di belakang si nona.

"Tring ......." tongkat orang tinggi besar terpental ke atas.

Tay Hong menyelinap maju dan menusuk rusuk orang.

"Huak ......." Si tinggi besar menguak keras dan tubuhnya terkapar ke tanah.

Melihat dalam beberapa kejap saja, kedua orang tinggi besar telah dirubuhkan oleh Tay Hong berobahlah wajah si nona baju biru. Namun ia masih tertawa berseri-seri seraya berseru memuji: „Ai, kemasyhuran nama Siau-lim-si ternyata bukan pujian kosong!"

Wanita IblisWhere stories live. Discover now