20. Pertemuan Para Enghiong

2K 55 1
                                    

Kedua paderi yang berdiri di tengah, cepat putar golok datar mereka. Lingkaran sinar putih menutup tubuh mereka. Tetapi Siu-lam tak mau adu senjata. Tiba-tiba ia menggembor keras dan tubuhnya melambung di udara. Secepat kilat ia menyerang paderi yang bersenjata tongkat.

Meskipun Siu-lam telah mendapat ajaran berbagai ilmu pedang dari kakek Hian-song tetapi ilmu lwekangnya belum sempurna hingga tak dapat mengimbangi kemajuan ilmu pedangnya. Memang jika berhadapan dengan jago-jago kelas satu saja, tentu dapat dikaburkan pandangannya dan diserang kelabakan.

Tetapi keempat paderi tiang-lo dari Siauw-lim-si itu mempunyai latihan silat selama tiga puluh tahun. Hebatnya bukan kepalang. Sikapnya setenang gunung tetapi gerakannya segesit ular menyambar.

Dalam gebrak pertama, memang tampaknya keempat tiang-lo itu terdesak oleh permainan pedang Siu-lam. Tetapi setelah lewat jurus yang ke sepuluh, mulailah keempat paderi itu memperoleh kepribadian gayanya. Mereka mulai tenang dan tongkatpun mulai berhamburan deras menjadi sebuah dinding tembok sinar.

Betapapun Siu-lam lancarkan serangan-serangan yang hebat, tetapi ia tak maju selangkahpun juga.

Tiba-tiba terdengar paderi yang bersenjata golok kwat-to berseru, "Kata-kata sicu tadi memang benar. Ilmu pedang sicu memang luas dan beraneka ragam. Dalam sepuluh jurus tadi, sicu telah mainkan beberapa ilmu pedang sakti dari beberapa partai persilatan. Sayang tenaga dalam sicu masih belum memadai sehingga tak mampu mengembangkan ilmu pedang itu sebagaimana mustinya...."

Paderi itu menutupi kata-katanya dengan berseru o-mi-to-hud, tiba-tiba ia berseru, "Harap sicu berlaku hati-hati, kami hendak balas menyerang!" Dalam berkata-kata itu si paderipun sudah maju dan hamburkan sepasang golok kwat-to menggempur kepala Siu-lam!

Karena seluruh kepandaian sudah ditumpahkan tanpa hasil, mulailah Siu-lam bingung. Ia merasa tak mungkin dapat memenangkan mereka. Lebih baik ia undurkan diri saja. Tetapi belum sempat ia bergerak, tiba-tiba paderi itu melambung ke udara dan menaburkan goloknya.

Berkata Kat Thian-beng kepada kedua puteranya, "Kata-kata paderi itu memang benar. Seandainya Siu-lam memiliki ilmu lwekang seperti aku, keempat paderi itu pasti sudah kalah. Hm, kalau keempat tiang-lo itu sampai jatuh di tangan seorang pemuda tak terkenal, dunia persilatan pasti gempar. Pertempuran kali ini cukup sudah untuk mengangkat nama anak muda itu."

Kat Thian-beng menaruh kepercayaan penuh pada Siu-lam. Dia percaya akhirnya pertempuran itu tentu dimenangkan si anak muda soalnya hanya waktu.

Tiba-tiba Golok Sakti Lo Kun menyelutuk, "Kat-heng, mungkin anak itu tak dapat bertahan. Bagaimana kalau kita maju membantunya?"

Kat Thian-beng memandang ke muka. Tampak paderi yang bersenjata kwat-to itu loncat ke udara lalu menukik menyerang kepala Siu-lam. Pada hal saat itu Siu-lam sedang menghadapi ketiga paderi lainnya. Ia tidak berdaya menjaga serangan dari atas itu....

Kat Thian-beng terkejut sekali. Jelas pemuda itu terancam bahaya. Cepat-cepat ia hendak bergerak memberi pertolongan, tetapi sudah terlambat....

Pada saat sinar golok berhamburan menabur kepala Siu-lam, tiba-tiba anak muda itu meraung sekeras-kerasnya dan pedang tiba-tiba pecah menjadi ratusan pedang yang berhamburan menyerang ke segenap penjuru....

Kiranya dalam kebingungan menghadapi serangan keempat paderi itu, tiba-tiba Siu-lam teringat akan sebuah jurus Kiau-toh-co-hoa ajaran si kakek dari Hian-song. Cepat ia mainkan jurus itu. Begitu jurus itu dikeluarkan, terkejutlah keempat paderi. Tring tring tring...!

Terdengar dering senjata beradu dan keempat paderi itupun susul mundur ke belakang. Paderi yang menukik dari udara pun tiba-tiba menarik goloknya dan mencelat ke belakang.

Wanita IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang