27. Peta Coat-beng-koh

2.9K 69 0
                                    

Tiba-tiba Su Bo-tun berbangkit. Menengadah memandang ke wuwungan, ia berkata seorang diri: "Seumur hidup, aku hanya tahu pada diriku sendiri, tak peduli pada lain orang. Setiap budi tentu kubalas, setiap dendam tentu kuhimpas. Aku tak mau hutang pada orang, tetapi tak mau meminjamkan orang. Apakah falsafah hidup begitu tak benar...."

Tiba-tiba sepasang matanya membertik cahaya bergemerlapan dan mulutnyapun merekah senyum, serunya: "Ibarat matahari, aku sudah hampir condong ke barat. Mungkin hidupku hanya takkan lebih dari 20 tahun lagi. Tetapi apakah yang kutinggalkan? Dalam sepanjang hidupku tak pernah kuterima penghargaan dan kesayangan orang. Dan belum pernah kumenyayangi seseorang..."

Tiba-tiba ia teringat akan Bwe Hong-swat gadis baju putih yang berwajah dingin. Diam-diam ia membatin bahwa gadis itu cocok sekali dengan pribadinya sendiri....

Setelah beberapa saat ia termenung diam, tiba-tiba ia memandang pada Tay Hong, serunya: "Dunia persilatan menganggap partai Siau-lim-pay sebagai pemimpin dunia persilatan. Bagaimanakah pandangan Siau-lim-si terhadap diriku?"

"Jika Su-sicu sungguh-sungguh hendak bertanya, loni tentu senang sekali memberitahukan!"

"Jangan kepalang tanggung. Bilanglah, baik atau buruk aku tetap akan mendengarkan!"

Kata Tay Hong siansu: "Menurut kesan yang loni peroleh, dunia persilatan pada umumnya menilai Su-sicu dengan 16 patah kata."

"Apakah itu?" tanya Su Bo-tun.

"Seorang pendekar yang aneh. Bersikap tawar, puas diri. Tiada perasaan, kurang nafsu. Enggan bergaul, emoh keluarga!"

Seketika tertawalah Su Bo-tun tergelak-gelak: "Delapan kata yang dibagian muka, rupanya siansu sengaja hendak menyanjung aku. Tetapi delapan kata yang terakhir, memang tepat. Tiada kecintaan, kurang nafsu, enggan bergaul, emoh berkeluarga. Memang sampai setua ini aku belum kawin dan tak memikirkan keturunan. Yang kupikirkan hanya soal baik dan buruk, tidak menghiraukan salah atau benar. Hidup seorang diri, tanpa kawan tanpa keluarga. Dan tak pernah kulakukan sesuatu yang akan dikenang orang."

Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan pula. "Sayang kedua orang tuaku sudah menutup mata. Sehingga tak dapat kuberbakti lagi. Dalam usia setua ini, soal berkeluarga akan kupertangguhkan sampai kelak pada penjelmaan yang akan datang lagi..."

Tiba-tiba wajahnya mengerut sungguh, katanya lebih jauh, "Hanya terhadap masalah terakhir itu akan kulakukan dengan sepenuh tenaga. Agar dikenang oleh angkatan yang akan datang!"

Tay Hong mengucapkan beberapa patah kata pujian: "Keputusan Su-sicu merupakan kebahagiaan bagi seluruh kaum persilatan!"

Su Bo-tun menghela napas: "Telah kukatakan tadi bahwa pendirian hidupku akan mengasingkan diri dari dunia ramai. Tetapi melihat tindakan gadis baju putih yang rela melukai diri sendiri demi untuk menyelamatkan kaum persilatan, tergeraklah hatiku. Ah, wajah gadis itu serta sikapnya sedingin dan setawar sikapku. Tetapi hatinya ternyata lebih sadar dari aku. Aku benar-benar malu!"

Tay Hong cepat perintahkan paderi kecil untuk siapkan meja perjamuan lagi. Kemudian hadirin mulai menikmati hidangan lagi.

Tay Hong berdiri mengangkat cawan, serunya: "Atas pernyataan Su-sicu yang bertekad hendak membantu dunia persilatan dari bencana kemusnahan, marilah loni ajak minum bersama-sama untuk merayakan peristiwa itu!"

Su Bo-tun tersipu-sipu, ujarnya: "Ah, lo-siansu kelewat menyanjung diriku. Seumur hidup aku belum pernah berbuat kebaikan apa-apa. Sudah hampir berumur 80 tahun, di mana sebelah kakiku sudah ongkang-ongkang di liang kubur, aku mendapat rejeki untuk melakukan sesuatu demi kepentingan orang banyak. Dalam hal itu, aku tak pantas menerima pujian dari saudara-saudara terutama lo-siansu!"

Wanita IblisWhere stories live. Discover now