12. Kakek Sakti Tanpa Daya

3.9K 75 2
                                    

Walaupun berkata kepada Mo Tong, tetapi sebenarnya kata-kata itu ditujukan kepada sekalian rombongan Thian Hong totiang.

Thian Hong tanpa menyahut terus mendahului duduk bersemedhi.

Sekalian orangpun segera menuruti tindakan paderi itu. Masing-masing mengatur pernapasan. Tiba-tiba sekalian orang duduk bersila, salah seorang menyelinap pergi.

"Hai, memang kutahu kau memang seorang telur busuk! Berhenti!" tiba-tiba Lo Kun berseru. Walaupun sedang bersemedhi tetapi Lo Kun tetap memperhatikan gerak-gerik Siu-lam yang dicurigai itu.

Dan memang yang menyelinap pergi adalah Siu-lam. Ia tak dapat menahan diri lagi. Ia harus lekas-lekas membebaskan sumoaynya dari tahanan si wanita aneh. Ya, memang ia tahu dirinya tentu mati. Tetapi sebelum mati, ia harus dapat menolong sumoaynya dulu.

Mendengar teriakan Lo Kun, kedua saudara Kat Hong dan Kat Wi cepat melenting dengan gerak Capung Memagut Air. Dua tiga kali loncatan, kedua saudara itu sudah berada di belakang Siu-lam. "Apa maksud kalian mengejar aku?" Siu-lam hentikan langkah.

"Hm, kau hendak kemana?" Kat Wi mendengus.

"Perlu apa kau mengurus?" sahut Siu-lam.

"Memang aku tak berhak mengurusi. Tetapi pada saat dan suasana seperti ini kau ngacir secara diam-diam, tentu menimbulkan kecurigaan orang!" seru Kat Hong.

Siu-lam diam-diam mengakui kebenaran kata-kata anak muda itu. Sahutnya, "Benar, jika mencurigai aku mempunyai hubungan dengan nona baju merah tadi, baiklah aku takkan pergi...."

Serentak ia membuka baju dan suruh kedua saudara itu melihat. "Lihatlah, kalau punggung tidak terdapat bekas telapak jari, anggaplah aku dengan nona itu ada...."

Kat Wi cepat menukas, "Jika kuukur dirimu dengan nilai seorang kuncu (ksatria), dikuatirkan kena kau kelabuhi!"

"Apa? Apakah punggungku tak ada bekas telapak jari?" Siu-lam berseru kaget.

Rupanya Kat Hong lebih berpikiran dewasa. Melihat kerut wajah Siu-lam bukan seperti orang yang pura-pura, ia cepat maju merintangi adiknya yang hendak menyerang. Setelah itu ia berkata kepada Siu-lam, "Benar, memang punggungmu tak terdapat luka apa-apa!"

Saat itu Lo Kun pun sudah menghampiri dan menghadang di tengah jalan. Serunya, "Setiap hari aku biasa berburu burung meriwis, masakan burung meriwis mampu menutuk mataku!"

Dalam keadaan seperti saat itu sukar bagi Siu-lam untuk berbuat apa-apa. Segera ia memakai baju lagi.

Dengan mata berapi-api Kat Wi memandang Siu-lam, serunya, "Bukti sudah nyata, kau mau bilang apa lagi?" Cepat ia menyelinap dari belakang engkohnya dan menyambar lengan Siu-lam.

"Kau kelewat menghina orang!" Siu-lam berteriak seraya menghindar. "Apakah kau kira aku takut padamu?" iapun balas memukul dada orang.

Kat Wi terpaksa menghindar. Ketika ia hendak membalas, Kat Hong cepat merintangi dan berseru kepada Siu-lam, "Harap Pui-heng berhenti dulu, aku hendak bicara!"

Tetapi Lo Kun serupa pikirannya dengan Kat Wi. Teriaknya, "Separuh umurku kugunakan berkelana di dunia persilatan. Masakan aku dapat keliru. Jelas orang itu komplotan si nona baju merah. Asal dapat meringkusnya tentu dapat kita paksa supaya menyembuhkan luka kita!"

Walaupun Siu-lam berusaha untuk meredakan suasana, tetapi menerima hinaan semacam itu, ia tak dapat mengendalikan diri lagi. Teriaknya, "Ayo, majulah kalian!" Ia menutup kata-katanya dengan melayangkan tinju kepada Lo Kun.

Sambil menangkis Lo Kun membentaknya, "Buktikanlah apa tulangku yang tua ini mampu menangkis pukulanmu?"

Sebenarnya Siu-lam sudah akan menarik pulang tangannya tetapi mendengar kata-kata Lo Kun, bangkitlah amarahnya lagi. Diam-diam ia kerahkan tenaganya dan teruskan pukulannya.

Wanita IblisWhere stories live. Discover now