43. Berita Duka Siau-lim-si

2.5K 62 0
                                    

KEMUDIAN mereka makan pagi. Selesai makan wanita itu memberikan ciri-ciri anaknya kepada Siu-lam. Ialah siku lengan kanan gadis itu terdapat bekas luka terkena pisau pemotong kayu. Ia minta apabila Siu-lam berjumpa dengan anak itu, supaya disuruh pulang menemui ibunya.

Ketika beristirahat dalam biliknya, Siu-lam merenungkan peristiwa yang baru dialaminya itu. Kemanakah lenyapnya Hian-song....

Tiba-tiba terlintas sesuatu dalam pikirannya. Bahwa dalam pertemuan di Beng-gak itu boleh dikata seluruh rombongan orang gagah telah binasa.

Dikuatirkan pihak Beng-gak akan menggunakan kesempatan untuk menghancurkan pusat partai-partai persilatan. Karena dipastikan bahwa partai-partai persilatan tentu belum mengetahui berita kematian ketua dan tokoh mereka yang binasa di Beng-gak....

"Ah, aku harus memberitahukan berita itu kepada partai-partai persilatan agar mereka dapat berjaga-jaga!" tiba-tiba ia membulatkan tekad.

Ia mencoba mengerahkan napas, ternyata luka yang dideritanya itu hanya luka luar.

Segera ia keluar menemui kedua suami isteri pemilik gubuk dan menyatakan kalau saat itu juga ia hendak minta diri melanjutkan perjalanan. Sudah tentu kedua suami isteri itu mencegah.

Tetapi Siu-lam tetap pada keputusannya. Ia mengatakan bahwa ia masih mempunyai urusan yang penting sekali maka terpaksa ia harus pergi hari itu juga.

"Nanti dulu tuan," tiba-tiba wanita tua mencegahnya, "anakku itu bernama Bong-lian. Jika bertemu harap tuan memberitahu kepadanya bahwa ayah bundanya sangat mengharap-harap sekali kedatangannya!"

Siu-lam mengiakan lalu melangkah pergi. Tetapi tiba-tiba ia berhenti lagi dan menanyakan nama kedua orang tua itu.

Ternyata pak tua itu bernama Hun Kim-seng. Setelah mendapat keterangan, Siu-lam pun segera pergi.

Setelah turun dari puncak gunung yang sukar dilalui, hampir petang ia sudah tiba di jalan besar. Kini ia harus berpikir lagi. Ia menduga saat itu pihak Beng-gak tentu sudah mengirimkan anak buahnya untuk mengobrak-abrik markas partai-partai persilatan. Harus kemanakah ia lebih dulu.

Setelah memikir beberapa saat, akhirnya ia memutuskan untuk menuju ke markas partai Siau-lim di gunung Ko-san lebih dulu. Ia anggap Siau-lim-si sebagai partai pemimpin.

Dan kedua kalinya ia hendak menyelidiki tentang diri si tabib Gan Leng-po yang dibawa Tay Hong siansu ke Siau-lim-si untuk diobati. Setelah peristiwa Beng-gak, kini ia merasa betapa pentingnya peta Telaga Darah itu.

Sayang peta itu sudah lenyap bersama Hian-song. Ia melaksanakan rencana dengan segera.

Menjelang tengah hari, tibalah ia di kaki gunung Ko-san. Ia mencari sebuah tempat yang sepi untuk makan bekal ransumnya. Setelah itu baru ia mendaki ke atas.

Siau-lim-si merupakan sebuah gereja besar yang termasyhur.

Bangunan gereja meliputi daerah sepuluh buah puncak gunung. Murid-muridnya berjumlah besar kecil. Peraturan keras dan tertib.

Ketika tiba di pintu gerbang gereja, Siu-lam melihat sebuah papan yang bertuliskan tiga buah huruf besar

"SIAU-LIM-SI".

Seorang paderi pertengahan umur segera menyambutnya, "Apakah sicu hendak bersembahyang?"

Siu-lam gelengkan kepala, "Tidak, aku mempunyai urusan penting sekali mohon bertemu dengan Hong-tiang (ketua). Sukalah taysu menyampaikan kepada beliau."

Paderi jubah abu-abu itu sejenak memandang Siu-lam lalu kerutkan dahi, "Urusan apakah yang sicu hendak beritakan itu? Apakah tak dapat diterima kecuali Hong-tiang?"

Wanita IblisWhere stories live. Discover now