66. Nyanyian Gereja dan Kuburan

2.6K 68 1
                                    

KERAGUAN itu menyebabkan ia memandang lebih lama lagi kepada si wanita baju kuning lalu berkata dengan nada dingin: "Pengetahuan bengcu luas sekali. Memang pedangku ini pedang Pek-kau-kiam!"

Wanita baju kuning menyahut: "Pedang itu termasuk pedang pusaka yang luar biasa tajamnya. Pinjamkanlah kepadaku semalam saja untuk membasmi kawanan paderi Siau-lim-si...."

Menengadah ke langit memandang bintang-bintang yang bertaburan, ia berkata seorang diri: "Ah, masih ada waktu beberapa saat lagi. Sebelum lewat pukul satu, kami takkan turun tangan!"

"Harap bengcu berhenti. Jika masih terus melangkah maju, jangan salahkan aku...."

Wanita itu menatap wajah Siu-lam dengan lekat-lekat: '"Engkau mau apa?"

Siu-lam rasakan pandangan mata wanita itu setajam pisau sehingga menimbulkan rasa gemetar dalam hati. Mau tak mau ia mundur selangkah lagi: "Maaf, aku terpaksa bertindak!"

Wanita cantik baju kuning itu tertawa tawar. Perlahan-lahan ia beralih memandang ke arah Lam-koay dan Pak-koay. Ancaman Siu-lam tak diacuhkan.

Tiba-tiba mata Siu-lam tertumbuk akan suatu pemandangan yang aneh. Dari jauh muncul titik-titik sinar hijau yang berkelip-kelip macam phosporus atau api setan. Cepat sekali puluhan api biru itu tiba di muka gereja Siau-lim-si. Siu-lam terkejut dan cepat dapat menduga.

"Bukankah percikan api biru yang mendatangi itu anak buah bengcu?" tanyanya kepada wanita itu.

Tetapi mata si wanita baju kuning tetap melekat kepada Lam-koay dan Pak-koay. Ia hanya menyahut seenaknya saja: "Benar!"

Tiba-tiba dari dalam gereja terdengar suara tambur dipalu keras sehingga suaranya berkumandang jauh sampai ke lembah.

Wanita baju kuning itupun kerutkan alisnya. Kini ia beralih memandang Tay Ih siansu, tegurnya: "Menilik sikapmu, kiranya engkaulah yang memegang pimpinan gereja ini?"

Dengan wajah bersungguh, Tay Ih menyahut: "Tak perlu engkau tanyakan siapa loni. Tetapi segala urusan Siau-lim-si, loni dapat memutuskan!"

Wanita baju kuning tertawa dingin: "Hanya tinggal sedikit saja waktunya, apakah engkau belum mengambil keputusan?"

"Loni tak mengerti apa arti ucapan li-sicu!"

"Dengan begitu rupanya engkau hendak mempertaruhkan jiwa dari seluruh paderi Siau-lim-si dan memutuskan untuk bertempur?" seru wanita baju kuning itu.

"Siau-lim-si sudah beratus tahun berdiri. Entah berapakah Siau-lim-si mengalami badai percobaan, tetapi nyatanya sampai sekarang masih tetap berdiri. Loni percaya, li-sicu tentu sudah berusaha sepenuh tenaga untuk mengerahkan seluruh anak buah Beng-gak, namun Siau-lim-si pun akan berusaha supaya jangan sampai lebur di tangan li- sicu!"

Kembali wanita baju kuning itu tertawa dingin. Melirik ke arah Lam-koay dan Pak-koay, ia berseru: "Ah, rupanya engkau mengandalkan kedua orang itu untuk mempertahankan Siau-lim-si?"

Lam-koay dan Pak-koay sejak tadi hanya berdiam diri saja. Saat itu rupanya Pak-koay Ui Lian tak dapat bersabar lagi. la tertawa dingin, serunya: "Sesuka hatimu kalau engkau hendak jual lagak di depan orang lain, tetapi di hadapanku jangan banyak tingkah!"

"Jika ingatanku tak salah, bukankah kalian ini yang disebut Lam-koay dan Pak-koay?" seru si wanita baju kuning.

"Kalau benar lalu bagaimana?" sahut Lam-koay.

"Lam-koay dan Pak-koay sejak dahulu ibarat air dan dan minyak yang tak dapat berkumpul. Aneh, mengapa hari ini kalian begitu mesra?''

"Orang muda mengapa begitu tak kenal adat kalau bicara!" dengus Pak-koay.

Wanita IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang