125. Jodoh Penghapus Dendam - Tamat

6.9K 130 21
                                    

Dari dalam tandu itu terdengar suara lemah, "Bagus ..... budak she Pui itu sudah lama datang,"  terdengar batuk-batuk lalu, "seluruh orang gagah dari segala penjuru, sudah berada disini. Engkau mewakili aku membersihkan nama perguruan, lalu mewakili aku menghaturkan maaf kepada sekalian orang gagah. Dengan demikian cita-citaku sudah terlaksana semua!"

Bwe Hong-swat mengiakan Lalu berpaling kearah kedua pemuda yang berdiri disampingnya, "Bawalah ketua Beng-gak itu kemari."

Kedua pemuda itu tak lain adalah Kat Hong dan Kat Hui. Mereka memberi hormat lalu tinggalkan tempat itu.

Dalam kesempatan itu Kat In taysu memberi tegur salam kepada Ceng Hun totiang, "Toheng baik-baik sajakah selama ini?"

Ceng Hun totiang menghela napas kecil. Ia menghaturkan terima kasih.

Anak murid Ceng-sia-pay, Tiam-jong-pay dan Kun-lun-pay segera berbondong-bondong lari menghadap ketua masing-masing. Tetapi anehnya para ketua partai itu hanya tertawa rawan dan menyuruh murid masing-masing bangun.

Melihat bagaimana sekalian orang gagah begitu menaruh perindahan sekali kepada Lo Hian, diam-diam Lam-koay Shin Ki tak puas. Memandang kepada Pak-koay Ui Lian, keduanya telah bersepakat dalam hati. Pak-koay membalas pandang mata rekannya dengan kedipan mata.

"Tua bangka hidung kerbau jual lagak besar kau!" bentak Lam-koay.

Bwe Hong-swat kerutkan alis dan berseru, "Siapakah yang kau maki itu?"

Lam-koay menyahut dingin, "Siapa lagi yang berharga kumaki kecuali Lo Hian."

Merahlah seketika wajah Bwe Hong-swat. Sinar pembunuhan segera memancar pada seluruh wajahnya: "Apakah kau bosan hidup?" tegurnya tenang-tenang.

Dari dalam tandu, terdengar Lo Hian mencegah, "Swat-ji, jangan berlaku kurang hormat terhadap seorang locianpwe ....."

Kemudian Lo Hian berkata kepada Lam-koay, "saudara Shin, apakah kau tak kurang suatu apa selama ini? Apakah saudara Ciu masih hidup?"

"Engkau hendak memaki aku sudah mati? Sayang makin tua si Ciu itu makin panjang umur."

Lo Hian menghela napas, "Teman-teman dahulu, sebagian besar sudah meninggal. Hanya tinggal beberapa saja yang masih hidup. Saudara berdua sudah berusia seratus tahun lebih tetapi mengapa masih begitu perangsang sekali?"

Tiba-tiba kain penutup tandu tersingkap dan sebuah kereta kursi, perlahan-lahan meluncur keluar.

Terhadap tokoh yang seolah-olah telah menjadi khayalan dunia persilatan itu, setiap orang ingin sekali bertemu muka suatu kebanggaan kalau orang dapat melihat wajah Lo Hian. Dan karena terpengaruh oleh kebesaran tokoh khayal itu, setiap orang membayangkan bahwa Lo Hian tentu berwibawa seperti seorang dewa.

Tetapi demi melihat dengan mata kepala, terkejutlah sekalian orang gagah. Tokoh Lo Hian yang termasyhur itu ternyata hanya seorang tua bertubuh kurus kering dan lemah sekali keadaannya. Sambil duduk bersandar pada kursinya, dada Lo Hian berkembang kempis seperti orang yang tengah meregang jiwa.

Melihat keadaan Lo Hian seperti itu, seketika lenyaplah kemarahan Lam-koay dan Pak-koay. Kedua tokoh itu iba dan tak tahu bagaimana harus berkata.

Angin berhembus perlahan. Wajah Lo Hian mengulum tawa rawan, ujarnya, "Apakah kalian memaki aku karena tak mau keluar menyambut?"

Lam-koay tersipu-sipu memberi hormat, serunya, "sudahlah, sudahlah ....." -sebenarnya ia hendak meminta maaf tetapi tak dapat merangkai kata-kata.

Bwe Hong-swat melangkah kesamping Lo Hian dan berkata, "Dilembah ini anginnya dingin, harap suhu masuk kedalam tandu lagi!"

Wanita IblisWhere stories live. Discover now