57. Sepasang Liong-kau-song-kiam

2.7K 61 0
                                    

JURUS itu merupakan ilmu tangan kosong yang istimewa dari Siau-lim-si. Sudah tentu Siu-lam sukar menghindari serangan tak terduga-duga itu. Tongkat pusaka dapat dicengkeram Tay Ih.

Siu-lam kerutkan dan membentak keras-keras: "Jika lo-siansu tak mau melepaskan tongkat ini sehingga pusaka gereja Siau-lim-si sampai rusak, jangan persalahkan pada wanpwe!"

Dengan sekuat tenaga ia menariknya ke belakang. Karena takut tongkat pusaka itu rusak terpaksa Tay Ih lepaskan cekalannya.

Siu-lam ayunkan tongkat itu untuk menghalau tiga orang paderi yang hendak menyerbunya.

Karena takut tongkat pusaka itu rusak, ketiga paderi itupun terpaksa tak berani menangkis dan hanya loncat menghindar saja.

Setelah mengundurkan kawanan paderi, berserulah Siu-lam dengan lantang: "Bagi wanpwe, tongkat pusaka ini tiada berguna. Harap sekalian suhu jangan menduga jelek kepadaku, sama sekali wanpwe tak mempunyai pikiran untuk memiliki tongkat ini...."

Tiba-tiba kata-katanya terputus oleh sebuah tertawa dingin yang menghambur dari luar ruang.

Serempak dengan itu terdengar suara seruan melengking: "Tetapi dengan jatuhnya tongkat pusaka Siau-lim-si ke tangan orang lain, berarti suatu hinaan yang memalukan!"

Siu-lam berpaling. Di luar ruangan tampak delapan lelaki berpakaian ringkas sedang mengawal sebuah tandu, tegak dua orang gadis. Yang seorang berpakaian biru dan yang seorang berpakaian warna merah.

Agaknya Lam-koay dan Pak-koay tertarik perhatiannya kepada tandu itu. Keduanya memandang tandu itu dengan tajam.

Melihat tandu itu, segera Siu-lam berseru kepada sekalian paderi Siau-lim-si: "Itulah rombongan Beng-gak. Menilik cara kedatangannya, kemungkinan ketua Beng-gak datang sendiri!"

Tay Ih menghela napas perlahan dan berpaling kepada sekalian paderi: "Ini suatu bukti yang nyata bahwa ciang-bun sute telah dikuasai oleh orang Beng-gak. Demi melindungi gereja Siau-lim-si yang telah dibangun sejak beratus tahun, terpaksa kita harus melepaskan diri dari segala ikatan peraturan. Apapun yang akan terjadi, semua adalah tanggung jawab loni seorang. Sekarang harap sekalian sute mendengar petunjukku."

Yang berada dalam ruang permusyawarahan situ, kecuali Tay Ih dan Tay Hong serta keempat sute mereka yang sudah menjadi mayat di tengah ruangan, kini hanya tinggal empat orang paderi golongan gelar TAY.

Sejak berdirinya Siau-lim-si ratusan tahun yang lalu, baru pertama kali itu mengalami peristiwa yang sedemikian tragis.

"Baik, kami siap menunggu perintah suheng," keempat paderi gelar Tay itu serempak mengatakan ketaatannya.

Tay Ih siansu tersenyum getir, serunya: "Tay To sute, lindungilah ciang-bun-jin!"

Tay To siansu mengiyakan dan segera menghampiri Tay Hong siansu.

Tampak sepasang mata ketua Siau-lim-si itu merentang lebar memandang ke arah tandu di luar ruang. Napasnya masih terengah-engah karena habis bertempur dengan Siu-lam tadi.

Siu-lam segera mengangsurkan tongkat Liok-giok-hud-ciang kepada Tay Ih: "Tongkat pusaka ini merupakan lambang kekuasaan tertinggi dari gereja Siau-lim-si. Harap lo-siansu menggunakan tongkat ini untuk memberi perintah!"

Dengan khidmat, Tay Ih menyambuti tongkat itu lalu berpaling kepada dua orang paderi yang berada di sebelah kiri: "Harap sute berdua memimpin barisan Lo-han-tin...."

Tiba-tiba Pak-koay Ui Lian meraung keras. Ia ayunkan tangannya menghantam tandu. Lwekang orang aneh itu tinggi sekali, apalagi dia meyakinkan ilmu pukulan Hian-ping-ciang. Pukulan yang disertai kemarahan itu, menimbulkan tenaga yang luar biasa kedahsyatannya.

Wanita IblisWhere stories live. Discover now