🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Shahnaz baru selesai ganti baju setelah pulang dari rumah sakit. Ia lalu duduk berselonjor di pinggir tempat tidur meraih ponsel di nakas lalu sibuk dengan benda pintar itu.
Tadi, diperjalanan pulang mereka sudah sempat mengabari keluarga Radit. Mereka semua senang atas kabar bahagia itu, terutama Sarah yang tidak sabar menjadi seorang hot aunty.
Radit ada di sisi lain kamar, berdiri sambil buka kantong plastik dari dokter. Vitamin kehamilan, brosur nutrisi ibu hamil, dan satu buku kecil tentang perkembangan janin dari minggu ke minggu.
"Mas," panggil Shahnaz pelan, setengah manja. Dia masih duduk, satu kakinya menggoyang pelan.
Radit menoleh, "Hm? Kenapa Didi? Kamu butuh sesuatu?"
Shahnaz menggeleng, menggigit bawah bibirnya ragu, taoi menyuarakan yang ada dipikirannya sejak tadi melihat ponsel. "Ini.. Katanya kalo usia kandungan belum empat bulan gaboleh cerita dulu ya? Ke Acha sama Jennie juga gaboleh ya?"
Radit menarik napas sebentar, lalu jalan pelan ke arah tempat tidur. Tangannya masuk ke saku celana panjang, lalu dia berdiri di depan Shahnaz. "Lah tadi kita telepon Mami, Papi sama Sar, mereka kan tau?"
Shahnaz mendongak, menatap wajah suaminya dari bawah. "Ih maksudku tuh diluar keluarga deket. Tapi ini tuh harus dibagi dikit, Mas. Ini kan kabar bahagia. Aku pengen tau respon mereka pas tau."
"Kamu nggak bisa sabar ya?"
"Nggak bisa, sama kan seharusnya semakin banyak yang tau semakin banyak yang bantu doain." jawab Shahnaz cepat tidak lupa cengiran diakhir kalimatnya. "Aku udah nulis di kepala. Tinggal diketik."
Radit geleng-geleng, lalu duduk di sebelahnya. Tangannya melingkar di bahu Shahnaz, lalu mengecup pelan kening istrinya.
"Kasih tau aja, mereka kan keluarga kita juga," bisik Radit lembut, "Kamu tuh nggak pernah bisa simpen rahasia, tapi coba tahan dikit aja. Biar deg-degan."
Shahnaz tergelak. "Aku juga kan baru tau kemarin, Mas. Ini tuh... Masih anget banget. Gatel banget pengen cerita. Excitedku harus dibagi!"
Radit tersenyum kecil, "Yaudah. Tapi awas ya kalo nanti Jennie sampe nyamperin ke rumah cuma buat liat perut kamu yang belum keliatan."
Shahnaz cengengesan, kembali fokus pada layar ponselnya, membuka grup chat mereka, lalu jari-jarinya mulai menari lincah.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Shahnaz tersenyum kecil memulai percakapan dengan kedua sahabatnya, memikirkan reaksi yang akan mereka berikan membuatnya lebih bersemangat lagi!
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.