🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Radit memejamkan mata, mengukuhkan pengendalian dirinya agar tidak terpengaruh dari apapun yang manusia penggoda dibelakangnya lakukan.
Tapi sepertinya akan sangat sulit karena kini selain nafas hangat yang ada dilehernya, tangan-tangan nakal Shahnaz yang semula diam, merambat masuk ke dalam kemeja Radit kemudian bergerilya disana.
"Wooow! its more than six, isnt it?" Seru Shahnaz takjub, sementara tangannya tidak berhenti meraba dan menghitung packs milik Radit.
Pria itu kembali menggeram, "Stop it, Nadira." Peringatnya yang tidak tahu keberapa kali.
"Nah. I wont, and you cant stop me."
Dengan gigi yang menggeretak dan tubuh menahan geliat, Radit mengeluh dalam hati, Shahnaz ini benar-benar godaan berjalan, tidak bisa hanya digertak oleh kata-kata atau larangan untuk berhenti. Wanita itu tidak akan mendengarkan, malah semakin merasa tertantang dan memberanikan diri.
Baiklah, jika Shahnaz tidak berhenti dalam hitungan tiga, tolong jangan salahkan dirinya.
1.. 2..
Tepat sebelum Radit mencapai hitungan terakhir, Shahnaz menarik tangannya, menurunkan kakinya yang semula berjinjit, lalu melepaskan pelukan. Bibirnya mencebik kesal, karena reaksi Radit tidak sesuai harapannya. "Fine! You won! Dasar ga seru!" Cibirnya kecewa seraya mendorong pelan tubuh Radit kemudian berjalan gontai menjauhi pria itu.
Seharusnya, ya seharusnya setelah godaan Shahnaz berhenti Radit merasa lega, karena itu yang ia harapkan. Tapi mengapa setelah pelukan wanita itu terlepas dan mendengar nada kecewa yang dilontarkan Shahnaz membuatnya menjadi merasa bersalah?
Bibir Shahnaz mencebik, ia tidak berhenti menggerutu sepanjang berjalan menjauhi wastafel menuju sofabed.
Kesal, dan marah karena merasa tertolak menghinggapi dirinya.
Setelah sampai di sofa, ia kemudian melampiaskan kekesalannya pada remote yang ada di meja. Menekan-nekan benda itu dengan brutal.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Nadira."
".."
"Sayang."
".."
"Baby."
".."
"Didi, hei, talk to me." Radit mengerang frustasi karena dari lima belas menit yang lalu setelah pria itu selesai mencuci piring, Shahnaz tetap bertahan dengan mode merajuk.
Dengan menekuk kedua kaki diatas sofa dan membalutnya dengan kedua tangan, Shahnaz menghadap apapun selain Radit. Ketika Radit duduk di kanan, ia akan menghadap kiri, dan sebaliknya. Wanita itu bahkan menutup mulutnya rapat-rapat menolak bicara.
Masih tanpa menjawab, Shahnaz akhirnya bergerak, ia beranjak dari sofabed menuju meja makan untuk mengambil tasnya. Sementara Radit mengacak rambutnya bingung sebelum ikut menyusul wanita itu.