beberapa bulan yang lalu. [chapter 26]
"Lo sama Shahnaz lagi ada masalah, Dit? Soalnya yaaa, muka Shahnaz pucet banget kayak orang abis disedot darah sucinya. Terus muka lo.. Jelek mampus kayak orang abis kelilit pinjol. Sampe ga tega gue, pengen bantu open donasi buka link kitabisa." Tutur Acha.
Berhubung hanya ada mereka berdua di kursi tunggu, maka Acha melepaskan segala keformalan diantara mereka. Lagipula, Radit ini masih saudara dari calon suaminya, maka secara tidak langsung berarti nantinya mereka juga akan menjadi keluarga.
"Hm.." Radit hanya memberikan gumaman tidak berarti, tanda pria itu menolak untuk memberikan penjelasan lebih lanjut.
Kesal, Acha menepuk keras lengan atas pria itu. "Jawab yang bener gak lo!" Geramnya.
"Iya, Cha, iya! Lo ga liat apa dia terang-terangan ngehindarin gue?! Terus sampe pingsan kayak gini, lo pikir kami baik-baik aja?!" Jawab Radit, penekanan dalam kalimatnya cukup menjelaskan bahwa pria itu mulai frustasi akan keadaan mereka. "Nadira udah tau semuanya." Lanjut pria itu lirih.
"Yang mana?"
"Tentang gue dijodohin sama Sagita. Itu saudara kembarnya."
"What the—?!"
"Fuck, yeah. Damn it! Maka dari itu dia terus menghindar dan pengen lepas dari gue."
"Anjir! Bener kan! Gue pernah liat muka Sagita di figura di tempat Shahnaz. Dan bener ajaa itu orang yang sama. Poor you, big boy! Kisah cinta lo pernah mulus-mulus aja ga sih, Dit? Kayak gue sama Mas Bagas, gitu?" Tanya Acha retoris.
Mendengar itu, Radit melengoskan wajahnya.
Mereka bertiga memang cukup dekat, hanya saja tidak banyak yang tahu selain keluarga.
Apalagi mereka bekerja di satu lingkungan yang sama. Demi menghindari tidak terlihat professional, mereka harus menekan kedekatan mereka didepan umum.
Acha menghela nafas berat, "Tapi, Dit, kata gue apapun yang Shahnaz bilang tentang pengen putus, jangan didengerin. Dia cuma lagi bingung sama keadaannya. Gue yakin itu emosi sesaat. Gue kenal Shahnaz cukup lama, dan dia nggak pernah sebahagia selain pas sama lo."
"Ya apa lo pikir gue tolol dan akan lepasin dia gitu aja?!" Sewot Radit tidak terima. Acha ini otaknya digadai, ya?! Jika saja Radit tidak peduli pada Shahnaz, untuk apa ia repot-repot ada disini?
Acha merengut, "Sewot amat buset."
Kemudian tiba-tiba Acha teringat sesuatu, "Dit, gue gak tau ini saat yang tepat atau nggak. Tapi.."
"Apa?"
"Sebenernya.. Ini sih gue sekalian aja mau minta tolong sama lo.." Kata Acha, sejenak ia ragu melanjutkan kalimatnya, sementara Radit mulai tidak sabar. "Cha, jangan sampe lo gue seret ke kamar jenazah dan gue kunci disana, ya?!"
"Anceman lo ye Raditya kayak orang kecilnya nggak pake bedong!"
"Cepet makanya!"
Acha berdeham, "Tolong cari tau tentang keluarga Shahnaz dong, Dit. Gue tau lo paling ahli gini-ginian, minimal lo ada akses buat cari tau." Pinta Acha pelan, membuat Radit sedikit terkejut atas permintaan wanita gila itu.
"Emangnya kenapa..?"
"Gini, dari sebelum lo dateng di kantor. Shahnaz itu.. Rumit. Gue pernah beberapa kali nggak sengaja lihat luka di tubuh Shahnaz, di punggung dan di tangan. Bukan luka kebentur, lebih kayak di sambit pake belt? Maybe? Semacam itu, karena kebanyakan jenis luka melintang.
YOU ARE READING
INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]
Fanfiction🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE. "I wont give up on us, Didi." Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
![INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]](https://img.wattpad.com/cover/343912301-64-k121822.jpg)