🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Radit merasa Shahnaz menghindarinya selama seminggu ini tepat setelah Radit mengantarnya pulang selepas mabuk minggu lalu. Tapi, apa salahnya?
Shahnaz sempat mengucapkan terimakasih sebelum berlalu masuk kedalam gedung apartementnya. Dan Radit tidak merasa membuat kesalahan setelah itu. mengapa asistennya itu menghindarinya? Apa gadis itu ingat yang terjadi malam itu? Tapi itu kemungkinan terakhir. Hanya Radit yang ada disana, dan Radit telah memastikan dirinya menutup mulutnya sendiri.
"Ini rekap untuk meeting nanti, pak." Acha membungkuk meletakkan satu map diatas meja Radit.
"Kamu yang pergi?" Radit bertanya menaikkan satu alisnya, dan dijawab anggukan oleh Acha.
"Nadira?"
"Nadira ikut Pak Bagas." Kan. Sudah seminggu ini pula Radit ditemani meeting oleh Acha. Ini membuatnya tidak nyaman, Bukan karena harus pergi dengan Acha, namun tentang apa salahnya sehingga Shahnaz menghindarinya? Ia harus membuatnya jelas hari ini.
Radit benci harus dihantui rasa bersalah yang ia sendiri tidak mengerti atas apa.
Shahnaz harus menjelaskan semuanya.
"Switch, Cha. Kamu bareng Pak Bagas, Nadira bareng saya." Kata Radit tanpa menoleh, pria itu membuka map yang Acha letakkan tadi dan membalik kertas didalamnya.
Acha terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Dan Radit yang tidak mendengar jawaban Acha mendongak dari laporannya, lalu menatap Acha dengan tatapan menuntut, menaikkan satu alisnya.
Tuh, kan, lemah gue ditatap begitu sama Pak Radit, Nanas sih, ah. batin Acha menggerutu. Gadis itu serba salah.
Uh, Acha benci jika nama depannya sudah dikumandangkan dengan lengkap seperti ini.
"Baik, pak." Jawab Acha singkat, membungkuk dan pamit kembali ke desknya membuat Radit menerbitkan senyum tipisnya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Shahnaz sedang merapikan file untuk meeting siang ini, memilah mana yang harus dibawa, namun gerakannya terhenti saat ia mendengar pintu ruangan Radit ditutup. Acha keluar dari sana dengan mulut komat-kamit, yang membuat Shahnaz menaikkan satu alisnya heran.
"Berhenti liatin gue kayak gitu! Jangan naikin alis lo! Lo sama si Bos gak ada bedanya!" Kecam Acha dengan delikan tajam saat sampai di mejanya. Meraih satu tumpukan kertas lalu menyerahkannya pada Shahnaz yang terdiam ditempatnya karena tidak mengerti. "switch." Perintah Acha melirik pada kertas ditangan Shahnaz.
Melihat temannya tidak bereaksi apapun, dengan tidak sabar Acha merebut dengan paksa kertas ditangan Shahnaz dan memelotot pada lawan bicaranya. "Lama lo!"
Shahnaz masih terdiam ditempatnya sampai tersadar beberapa detik kemudian ia baru bisa menguasai keadaan. Mata bulatnya menatap bergantian pada Acha dan tumpukan kertas ditangannya, "Kenapa dituker? Gue udah pelajarin materinya, Cha, ih gila apa lo! Sini gak?!" Shahnaz berkata tidak kalah sewot karena gadis itu tidak terima, ia mengadahkan tangan meminta file yang telah dipelajari seharian ini sebelum menemani Pak Bagas siang nanti.