50.

1.6K 278 58
                                        

"Kenapa..?" Shahnaz bertanya pelan nyaris berbisik, hampir tidak terdengar jika saja mereka tidak saling berdekatan.

"Because thats your dream." Jawab Radit.

Mereka terdiam, saling bertatapan. Seolah melalui itu mereka bisa memahami maksud dari masing-masing tanpa perlu mengeluarkan suara. Bicara lewat mata.

Shahnaz lebih dulu memutus tatapan. Ia menarik tangan Radit, melingkupi dengan kedua tangannya. Sementara Radit masih diam, menunggu apa yang akan dilakukan kekasihnya.

Tidak ada yang menduga ketika wanita itu memandangi lekat tangan Radit yang ada di genggamannya. Tangan ini.. Tangan yang rela menjadi kotor untuknya, agar Shahnaz tetap bersih dan bisa meraih kebahagiaannya.

Kemudian Shahnaz bergantian mencium punggung tangan pria itu khidmat, menempatkannya disisi wajah seraya tersenyum manis. "Makasih, Mas." Katanya penuh haru.

"..."

Rasanya ia tidak bisa untuk tidak menangis sekarang. Apa yang dilakukan Radit terlalu banyak untuknya..

Tenggorokan Shahnaz tiba-tiba tercekat, matanya berkaca-kaca tetapi ia memaksa terus bicara. "Makasih karena kamu bisa lakuin apa yang nggak aku bisa. Makasih karena kamu selalu bisa wujudin apa yang nggak aku mampu." Meski terbata-bata, Shahnaz mencoba untuk menyelesaikan kalimatnya. "Aku tau kamu pasti kerja keras untuk ini.. Cuma mikirinnya aja, aku rasanya mau nangis.. Mikirin kalo kamu pasti kesulitan nyari cara apa yang nggak nyakitin aku, bahkan kamu nepatin janji buat nggak pakai visum waktu itu. Mas.. What did i do to deserve you?"

Bersamaan dengan itu, pertahanan Shahnaz runtuh, tangisnya turun deras.

Radit membawanya dalam satu dekapan hangat. Membiarkan Shahnaz terisak di pelukannya seraya ia mengelus pelan punggung wanita itu.

"Didi.. You deserve every best thing in the world.
Sedari awal saya udah bilang kalo kamu cuma perlu kasih saya kesempatan dan percaya sama saya. Apapun yang saya lakukan tidak lain cuma buat kebahagiaan kamu. Saya mau kamu bahagia." Radit memberi jeda, karena isakan Shahnaz mengeras beriringan dengan ucapannya.

"Saya.. Bisa jadi apa aja, sekalipun itu jadi jahat atau kotor. Jangankan cuma tangan, saya nggak masalah ngebiarin diri saya kotor selagi itu buat kamu. Once kamu masuk di hidup saya, kamu bisa manfaatkan saya semau kamu. Its fine, saya nggak keberatan. Sama sekali.

Kamu cuma perlu bilang, saya akan mengupayakan semuanya. Kamu dapet saya, kamu akan bersih dan kamu akan bahagia."

Shahnaz mengeratkan pelukannya, melingkarkan tangan di sekitar tubuh Radit. Isakannya telah mereda namun ia belum mau mengangkat wajahnya.

"Kamu marah?" Tanya Radit.

Shahnaz menggeleng. "Gimana hiks bisa aku marah."

"Apa saya bertindak terlalu jauh?"

Shahnaz kembali menggeleng.

"Tapi saya bikin Papa kamu—"

"—gapapa. He deserves it. Hiks, itu lebih baik dibanding Papa harus dipenjara."

Radit menarik kedua tangan Shahnaz dari tubuhnya, mencoba melepaskan pelukan mereka. "Kalo gitu coba liat muka cantiknya."

Tetapi Shahnaz justru menggeleng dan kembali melingkarkan tangannya.  "Aku jelek. Idung aku pasti merah. Cantik apanya!"

"Tuh kan, baru tadi saya minta percaya. Eh sekarang malah ngeraguin saya lagi.. Gitu katanya sayang, percaya sama calon suami aja gabisa."

INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]Where stories live. Discover now