🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Radit memejamkan mata, merasakan kenyamanan dari tangan halus Shahnaz yang mengelus kepalanya.
Demi Tuhan, Radit tidak pernah ingin kehilangan ini dan akan Radit pastikan ia memang tak akan kehilangan apapun.
Radit membuka mata, bersitatap dengan Shahnaz yang belum melepas pandangan atas dirinya. Kemudian pria itu mengangkat kelingking kanannya kearah Shahnaz, "Pinky promise?" Tanya Radit tiba-tiba membuat kekasihnya bingung, "Apa?"
"Kamu nggak akan ninggalin aku, apapun yang aku akan bilang."
Mengerti, Shahnaz menurunkan tangannya yang sedari tadi mengelus kepala Radit, lalu menautkan kelingking mereka. "Sealed." Kata Shahnaz tersenyum.
Melihat itu, hati Radit menghangat. Ia menyempatkan diri mengecup bibir Shahnaz karena tidak kuasa menahan gemas. Baiklah, sepertinya memang tidak ada yang perlu Radit khawatirkan lagi..
Radit kemudian menegakkan dirinya, memutar kunci lalu memakai seatbelt, meminta Shahnaz melakukan hal yang sama. "Aku jelasin tapi nggak disini ya, sayang."
Shahnaz mengedarkan pandangan seraya membelitkan sabuk pengamannya, benar, mereka masih berada di parkiran hotel. Dan ini bukan tempat yang baik untuk berbicara. Setelah melihat Shahnaz mengangguk sebagai jawaban, Radit melajukan mobilnya keluar dari sana.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Pada akhirnya mereka memutuskan pergi ke apartemen Shahnaz.
Dan ini kali pertama Radit masuk kesana, selama ini pria itu selalu menunggu di lobby atau dari luar tanpa pernah masuk ke dalam.
"Duduk, Mas." Suruh Shahnaz, dan Radit mengulas senyum tipisnya mendengar panggilan itu kembali.
Radit mengedarkan pandangan pada sekeliling sementara Shahnaz membuatkan minum untuk mereka. Pandangannya berhenti pada beberapa bingkai foto pada rak televisi. Menghela nafas panjang, sepertinya pembahasan mereka tidak akan mudah, dan diantara apapun yang akan terjadi, lebih Radit takut kekasihnya akan terluka karena ini.
Shahnaz duduk di sofa sebelah Radit, setelah meletakkan minuman. Radit menatapnya lekat, "You have to keep your promises." Ucap Radit.
Shahnaz mengangguk.
Pria itu menyandarkan tubuhnya di sofa, menatap langit-langit apartemen Shahnaz, helaan nafasnya berat, raut wajahnya tidak bisa dijelaskan.
Seketika ketakutan menyergap Shahnaz.. Radit selalu berusaha membuat apapun terlihat mudah, mengapa kali ini berbeda?
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.