🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Radit sedang termenung, otaknya memutar ingatan atas percakapannya dengan Sarah kemarin setelah mengantar Nadira.
"Cakep ya, Mas?" Tanya Sarah tiba-tiba menghadapnya, membuat abangnya mengernyit tidak mengerti.
Radit bertanya sambil memutar setirnya, "Apanya?"
"Mbak Nadira."
"Orang buta yang bilang Nadira nggak cakep, Sar." Sahut abangnya jujur.
Radit menghentikan mobilnya saat lampu merah, "Coba abang madep sini lihat Sarah." Pria itu menoleh, masih dengan raut tidak mengerti akan apa yang dipikirkan adiknya.
"Kenapa, sih?" Cukup lama Sarah mengamatinya hingga lampu lalu lintas kembali hijau "Gajelas." Ucap Radit menyentil kening adiknya lalu kembali fokus pada jalanan.
Sarah membalikkan badan ikut menghadap kedepan, membuat abangnya terheran-heran akan tingkah laku gadis delapan belas tahun itu.
Seorang Sarah seteleah disentil dan tidak mengaduh? Bahkan tidak bereaksi apapun? Wah, jangan-jangan adiknya kesurupan setan lampu merah, tebak Radit tidak masuk akal.
"Sar,"
"Hm."
"Sar,"
"Iya,"
"Sar,"
"Apa sih abang? Sekali lagi manggil ga jelas Sar cubit ya!"
"Alhamdulillah, kamu udah balik."
"Lah, Sar kan dari tadi disini. Balik darimana?"
"Tadi kan kamu kerasukan setan lampu merah, makanya diem aja."
"Mana ada setan lampu merah? Dasar aneh."
"Suruh siapa diem aja. Kan kirain jiwa bar-bar kamu diambil setan."
Lalu hening. Tidak lama kemudian dari kursi penumpang Sarah kembali membuka bersuara,
"Abang. Sar mau nanya, boleh?"
"Tanya aja."
"Abang udah move on, 'kan dari Kak Shani?" Tanya gadis itu hati-hati, Sarah tidak ingin mengusik kehidupan pribadi abangnya, namun juga tidak tahan pada hal yang mengganggunya.
"Pertanyaan aneh, yaiyalah!" Sarah bernafas lega saat abangnya menjawab dengan nada yakin bahkan tanpa perlu berpikir dahulu.
"Mbak Nadira tadi.. Cukup mirip Kak Shani—" ucapan Sarah belum selesai, namun abangnya langsung memotongnya dengan nada tegas tidak ingin dibantah. "Beda, Sar. Nggak boleh membandingkan orang lain kayak gitu. Abang kenal keduanya, dan mereka beda."
"Kamu tenang aja, abang nggak akan buka hati kalo abang belum bener-bener yakin dan ngosongin semuanya. Entah itu cewek yang akan Mami kenalin nanti, atau siapapun. Nggak akan ada yang namanya jadi pengganti atau pelampiasan buat abang. Shania udah bahagia dengan hidupnya, dan abang juga berhak untuk itu. Sar, abang selalu inget bahwa karma belum tentu datang ke orang yang berbuat, dan abang nggak mau kamu atau siapapun dari keluarga kita jadi tumbal dari perbuatan abang yang nggak baik." Lanjut Radit dengan nada yang sama membuat Sarah membeku ditempatnya.
Namun kemudian gadis belia itu meringsut mendekap lengan kiri abangnya yang memegang setir, "Sar sayaaang banget sama abang, you deserve every good thing in this universe, abang. jangan pernah lupa itu, ya?" yang dihadiahi kecupan diatas kepalanya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.