"Pak Nicholas sedang sangat sibuk, sehingga beliau mengutus saya kemari. Perkenalkan, saya Adrian, asisten Pak Nicholas." Ujar Adrian memperkenalkan diri pada sepasang suami istri dihadapannya.
Sepasang suami istri itu menyambut hangat.
Mereka bangkit menyalami Adrian dengan formal, seraya menyunggingkan senyum sopan yang tidak surut.
"Jadi, Pak Adrian, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih saya atas investasi dan kontribusi dari Pak Nicholas untuk perusahaan saya yang sedang krisis saat itu. Sayang sekali beliau tidak dapat hadir." Jelas sang suami.
Adrian mengangguk, "Iya, kebetulan beliau sedang menghadiri acara penting di Macau."
"Silahkan Pak Adrian memesan." Kali ini, giliran sang istri yang menyodorkan buku menu ke hadapan Adrian.
"Emh, terima kasih, Bu. Tetapi saya juga tidak bisa berlama-lama karena masih ada beberapa urusan yang harus saya selesaikan setelah ini." Tolak Adrian halus, kemudian ia mengeluarkan sebuah amplop yang berisi beberapa lembaran kertas disana.
"Untuk mempersingkat waktu, sepertinya kita langsung saja ke intinya. Saya diminta Pak Nicholas menyerahkan ini."
Adrian mengambil satu tumpukan kertas yang telah disusun rapi yang diujungnya dibubuhkan klip.
Lembaran kertas itu lalu diambil oleh sang suami. Belum sempat terbuka, sang istri merebutnya, menyeret lebih dekat sehingga lembaran kertas itu menjadi ditengah-tengah mereka berdua. Kemudian sepasang suami istri itu membacanya bersama.
"I—ni?" Tanya sang istri menoleh pada Adrian dengan raut wajah tercengang, memastikan apa yang telah dibacanya itu tidak salah.
"Benar, Bu. Pak Harun telah menyetujui semua poin itu sebelumnya."
Kini perhatian sang istri beralih pada sang suami, "Mas?!" Desis wanita itu marah, nada suaranya seketika meninggi. "Kamu apa-apaan?!"
"Sst, diam! Jangan didepan Pak Adrian. Kita bahas nanti dirumah. Jangan buat malu." Bisik pria itu, namun tetap terdengar tegas. Sampai-sampai ia menginjak kaki istrinya, berusaha memperingati dan membuat istrinya mengerti.
Tetapi apa yang ia maksud, tidak istrinya tangkap dengan baik.
"Nggak bisa! Ini apaan?! Poin terakhir ini yang kamu nyerahin anak kamu buat dijodohin itu apa?! Anak dari kamu itu cowok!"
Tanpa pikir panjang, sang istri bangkit dari duduknya lalu berteriak murka. Sedangkan sang suami melirik sungkan, merasa malu pada Adrian yang harus melihat drama rumah tangga mereka.
Kebetulan, ruangan yang disewa oleh sepasang suami-istri itu adalah ruangan VIP.
Telah di reservasi jauh-jauh hari, sehingga hanya ada mereka bertiga saja disana.
"Ma, tenang, Ma." Bujuk sang suami, masih menahan dirinya agar tidak ikut meledak dihadapan Adrian. Image-nya harus terlihat tetap sempurna, walau kini istrinya sedikit merusaknya.
Sang Istri menatap nyalang, "Mana bisa aku tenang! Hah?! Coba kamu jelasin apa ini maksudnya! Siapa anak yang kamu maksud disana?"
"Nadila kan anak aku juga..—" Jawab sang suami yang sebelum kalimatnya selesai, sang istri lebih dulu menjerit mendengar kalimat pertamanya.
Bahkan kini tangannya menunjuk-nunjuk suaminya dengan tidak sabar.
"Gila kamu ya! Nadila itu anak aku! Lagipula Nicholas-Nicholas itu sudah beristri! Mana sudi aku jodohkan anakku yang cantik itu pada pria beristri dan jadiin Nadila istri kedua! Dimana sih otak kamu itu, hah?!"
Melihat pertengkaran sepasang suami istri itu dihadapannya, Adrian bersorak dalam hati. "Seru banget anjiing! Nggak nyesel gue ambil bagian ini. Sayang aja dramanya gak gue rekam dari awal." Batinnya mengeluh kecewa.
ESTÁS LEYENDO
INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]
Fanfiction🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE. "I wont give up on us, Didi." Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
![INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]](https://img.wattpad.com/cover/343912301-64-k121822.jpg)