🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
"Aku udah coba santai banget, Mas. Kamu tau sendiri aku cewek cool." bantahnya setengah bercanda, "Tapi ini deg-degan banget sumpah."
Dokter mulai menggerakkan alat di atas perut Shahnaz. Di layar, dua bulatan kecil mulai tampak jelas.
"Hm. Ini udah masuk delapan minggu ya. Dan... kelihatannya ada dua kantung kehamilan di sini."
Shahnaz langsung menoleh. "Dua?"
Dokter tersenyum kecil. "Iya. Belum bisa dipastikan seratus persen sampai minggu depan, tapi ini bisa mengarah ke kembar."
Radit langsung duduk di kursi di samping ranjang, merapat. Satu tangannya otomatis naik ke pergelangan tangan Shahnaz, menggenggam lebih erat. Ekspresinya tenang, tidak panik, dan fokus.
Tapi siapa yang tahu apa yang ada dibalik ketenangan itu?
"160 bpm, Bu Shahnaz. Ini detak jantung janinnya, udah jelas banget," kata Dokter sambil menunjuk ke layar.
Shahnaz tersenyum tulus, matanya berbinar menoleh pada suaminya, "Denger itu, Mas. Anak-anak kita udah deg-degan duluan. Belum lahir, tapi pasti mereka excited punya orang tua kayak kita."
Radit hanya melempar senyum tipis. Tangannya tetap melingkar ke jemari Shahnaz, sesekali ngelirik layar, sesekali ngelirik perut istrinya yang masih nyaris rata. Tapi pandangan calon ayah itu lekat. Seolah nggak pengen lepas.
"Ukurannya sekitar dua senti. Tapi perkembangan jantung, otak, dan sarafnya udah aktif. Jadi hormon Ibu pasti juga lagi naik-naiknya. Kalau bawaannya baper, nyari ribut, atau manja banget-itu wajar."
Shahnaz mengangguk-angguk cepat mendengar penjelasan Dokter dan langsung kembali menoleh pada Radit dengan senyum manja penuh makna. "Tuh, Mas. Jangan salahin aku kalo malam-malam tiba-tiba pengen ngeduselin kamu. Ini tuh maunya mereka."
Radit langsung terbatuk, menunduk, telinganya memerah malu. Shahnaz ini memang kadang mulutnya butuh filter didepan orang lain.
"Kalau... Aktivitas suami-istri masih boleh kan, Dok?" tanya Shahnaz sambil sedikit menunduk, membuat Radit terbatuk lebih keras.
Dokter tertawa kecil. "Selama tidak ada keluhan seperti flek atau nyeri, boleh saja. Asal nyaman dan tidak terlalu agresif. Tubuh ibu hamil itu pintar-kalau tidak nyaman, biasanya dia akan kasih sinyal."
"Dan satu lagi," tambah Dokter. "Usahakan konsumsi asam folat tetap rutin, perbanyak air putih, dan hindari stres. Nanti saya jadwalkan pemeriksaan ulang dua minggu lagi untuk lihat apakah janinnya memang kembar. Saya seneng, Ibunya aktif. Calon bayinya juga jadi semangat."
"Iya dok, saya sih selalu aktif. Cuma suami saya ini kadang suka sok cool cosplay jadi ikan maunya dipanciiiing mulu," celetuk Shahnaz sambil nyenggol paha Radit.
Radit ngelirik, kembali tersenyum sungkan pada Dokter, lalu berbisik pelan, "Saya bisa kok tanpa di pancing, jangan pura-pura lupa kalo nggak mau saya ingetin."
Shahnaz menggigit bibir bawahnya sedikit sambil melotot manja. "Ngomongnya kayak ancaman ya, Mas." Tapi kemudian calon ibu itu melanjutkan berbisik nakal, "Tapi aku tungguin, bikin aku inget kamu gimana kalo nggak dipancing."
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.