Sekali lagi, mata Shahnaz memicing memastikan apa yang dilihatnya tidak salah. Tapi tetap tidak berubah. Orang itu ada disana. Itu benar-benar orang yang ia kenal.
Kening Shahnaz mengerut bingung. Untuk apa orang itu disini?
"Silahkan duduk Pak Nicholas. Terima kasih sudah menyempatkan waktu anda kemari." Suami Mamanya membungkuk dan menyapa orang itu ramah.
Melihat itu Shahnaz memutar bola matanya malas. Dasar penjilat!
Ekspresi suami Mamanya itu sekarang adalah wajah yang berbeda jauh ditampilkan ketika ia hanya bisa menyaksikan Shahnaz ditampar tidak berperasaan oleh Mamanya.
Shahnaz berdecih sinis, muak sekali rasanya berada disana. Ia kembali bangkit dari duduknya, memutuskan untuk pulang mengabaikan peringatan Mamanya tadi. Bodo amat lah! Mendingan gue balik deh ngapelin Radit. Pipi perih begini sih enaknya dielus pacar, suka dibonusin cium juga.
Gerakan Shahnaz tertangkap mata Mamanya. Dengan memelotot melempar kode bahwa Shahnaz jangan macam-macam dan kembali ke tempat duduknya. Tetapi Shahnaz tidak peduli.
Senyum terpaksa terpatri dibibir Mamanya. "Dira, ini lho Pak Nicholas yang kita bahas tadi. Yang kamu tunggu-tunggu."
Mamanya bergerak menghampiri, melingkarkan tangannya di siku Shahnaz, menarik mendekat berbisik pelan. "Jangan macam-macam kamu."
Shahnaz dengan risih melepaskan paksa tangan Mamanya, bergerak mundur dengan dahi mengerut dalam. Apa katanya? Kamu tunggu-tunggu? Udah gila. Ngapain juga gue nunggu suami orang.
"Siapa yang nunggu? Kalian aja kali yang nunggu, pake nyatut nama orang seenaknya." Gerutu Shahnaz, kemudian ia mengibaskan tangannya. "Udah ah, Dira mau pulang."
Ketika sampai pada Nicholas, Shahnaz tiba-tiba berhenti. Berubah pikiran dan mendorong bahu pria itu pelan membuat pria itu dan semua orang disana terkejut. "Woilah, lo yang bener aja masa mau dijodohin? Udah punya bini juga. Jangan maruk oi kata gue mah. Karma ga akan salah alamat, ati-ati nyesel lu." Nasihat Shahnaz sok kenal.
Nicholas mengerutkan kening, sementara tiga orang lainnya terkesiap, tidak menyangka akan langkah yang diambil Shahnaz. Mungkin juga dalam benak mereka berpikir bahwa mungkin Shahnaz sudah gila.
Nicholas itu orang penting, bagaimana bisa Shahnaz berkata tidak sopan seperti itu? Dan bagaimana Shahnaz tahu bahwa pria itu telah beristri? Karena Mamanya belum sempat menjelaskan apapun padanya.
Suami dari Mamanya seketika bangkit dari duduk khawatir jika Shahnaz bertindak lebih dari ini."Nadira, yang sopan ya, Nak. Pak Nicholas itu tamu kita." Peringatnya hati-hati.
Shahnaz hanya menoleh sejenak, kemudian mengambil kursi dan duduk di samping Nicholas.
Mengabaikan peringatan kedua. Shahnaz kembali melanjutkan, "Plis lah, lo kalo punya masalah sama istri cari jalan keluarnya bukan poligami. Walaupun gue males ngakuin, tapi istri lo cakep kok. Kurangnya cuman tolol dikiiiit banget." Shahnaz menunjukkan jempol dan telunjuknya, hampir menempel. "Tolol soalnya pernah nolak Radit. Tapi ketolong jadi dikit banget soalnya kalo dulu ga nolak, Radit gaakan jadi cowok gue."
Shahnaz kembali menepuk lengan atas Nicholas, "Lo tau yaa kemaren aja pas ketemu di Mall gue jealous parah liat mereka ngobrol. Ini nanti kalo lo poligami istri lo tau apa ga ngamuk doi? Masalahnya gimana kalo minta balikan sama cowok gue?! Ah jangan atuh, plis, gue udah mau nikah." Sekarang giliran jari manisnya yang teracung. "Nih belum ada seminggu nih cincin disini, masa mau lepas lagi? Tolong banget ya ini yang tahan sama gue cuma Radit doang. Yang bilang gue cantik kalo abis nangis sama bangun tidur cuma dia doang, soalnya liat gue pake lepas kacamata."
YOU ARE READING
INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]
Fanfiction🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE. "I wont give up on us, Didi." Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
![INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]](https://img.wattpad.com/cover/343912301-64-k121822.jpg)