33.

1.6K 267 92
                                        

Radit memutuskan untuk menunggu di mobilnya.
Ia sengaja memindahkan mobilnya dari parkiran menuju tidak jauh dari depan pintu keluar lobby setelah membujuk dan meminta ijin keamanan disana.

Hanpir satu jam ia menunggu, Radit mulai jengah, ingin rasanya menyusul saja naik keatas tetapi ia tahu Shahnaz tidak akan menyukainya.

Akhirnya penantian Radit berbuah hasil, Ibu Shahnaz melangkah keluar dari lobby menunggu mobilnya menjemput.
Segera saja sebelum jemputannya tiba, Radit bergegas turun dari tempatnya dan berdiri disebelah Ibu dari wanita yang dicintainya itu. "Tante.." Panggilnya pelan.

Ibu Shahnaz sedikit terperanjat karena terkejut, kemudian wajahnya berubah ramah ketika ia menoleh dan menemukan siapa yang menyapanya. "Eh, Radit." Balasnya.

"Bisa saya minta waktu Tante sebentar?"

Ibu Shahnaz gamang, tapi karena jemputannya juga belum tiba, ia jadi tidak bisa menolak karena tidak menemukan alasan yang tepat.

"Cafe depan aja, Tante." Katanya lagi setelah melihat wanita paruh baya itu mengangguk setuju.

Setengah jam berlalu setelah Ibunya pergi Shahnaz kelelahan menangis, ia merasa energinya dikuras habis karena emosi sehingga tubuhnya lemas sekali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setengah jam berlalu setelah Ibunya pergi Shahnaz kelelahan menangis, ia merasa energinya dikuras habis karena emosi sehingga tubuhnya lemas sekali.

Tenggorokannya kering sehingga untuk mengaduh saja ia tidak bisa bersuara, mata Shahnaz bengkak sempurna sehingga pengelihatannya sedikit terganggu. Ini menyebalkan, karena mata bengkak ini akan sulit mereda dengan waktu yang singkat.

Dengan langkah gontai Shahnaz bergerak menuju lemari pendingin..
Satu botol air dingin tandas tidak bersisa dalam sekali tegukan seolah saja Shahnaz baru pulang dari gurun pasir yang panas dan tidak menemukan air disana.

Setelah dahaganya terpenuhi, mata segarisnya mencari es batu untuk kompresan, dan tepat ketika ia menemukannya, Shahnaz membawanya ke meja makan.

Mengambil satu cermin kecil didekat televisi, Shahnaz mengompres matanya dengan hati-hati.

Ah, dinginnya es batu ini sedikit ikut mendinginkan pikirannya juga.

Shahnaz jadi teringat beberapa saat yang lalu.. Tidak, Shahnaz tidak menyesal membentak dan berteriak pada Ibunya seperti tadi, itu hal yang sangat Shahnaz ingin lakukan sejak beberapa tahun yang lalu dan akhirnya terwujud.

Hanya saja.. Ia takut situasinya akan semakin sulit.

Ditengah lamunannya, suara bel terdengar.
Meski sedikit keheranan karena ia jarang mendapat tamu, Shahnaz tetap berjalan dan membuka pintu.
Namun matanya yang berubah sipit karena bengkak seketika terbelakak, melihat kekasihnya ada diambang pintu.

"Mas?" Tanyanya bingung. "Kamu bukannya pulang?"

Radit menilik penampilan Shahnaz dari ujung rambut ke ujung kakinya. Kekasihnya itu bahkan tidak memakai slipper dan bertelanjang kaki tapi setidaknya Shahnaz tidak terluka.

INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]Where stories live. Discover now