Extra - Story

1.9K 260 40
                                        

Mendengar kabar mengejutkan itu, Shahnaz sempat tertegun sepersekian detik sebelum kemudian memilih mengabaikan Mamanya dan melangkah naik menemui kedua anaknya.

Bukan urusan gue, bukan urusan gue. Rapalnya dalam hati.

Ia bahkan tidak lagi menoleh kebelakang. Shahnaz tidak tahu apa yang dilakukan Mamanya setelahnya, ia akan memantau lewat cctv saja nanti.

Shahnaz berusaha untuk tidak peduli lagi apapun yang terjadi pada keluarganya. Itu tekadnya setelah Mama dulu memutuskan hubungan mereka.

Shahnaz tidak akan setengah-setengah dalam melakukan sesuatu. Hanya saja.. Ia benar-benar penasaran mengapa Radit menyembunyikan kabar itu. Shahnaz tidak ingin bertanya lebih jauh pada Mamanya, bagaimanapun wanita yang melahirkannya itu sudah tidak mendapatkan kepercayaannya lagi. Sedikitpun.

Apapun yang dikatakan Mamanya, meski semua kejujuran, Shahnaz akan tetap menganggapnya sebagai omong kosong.

Satu-satunya orang yang Shahnaz bisa percaya adalah Radit. Berbanding terbalik dengan Mamanya, apapun yang keluar dari bibir Radit adalah kebenaran. Dan Shahnaz harus mendengar seluruh kebenarannya dari Radit.

Sial. Rasa penasarannya membuat Shahnaz tidak bisa menunggu. Langkah Shahnaz semakin cepat, ia harus segera menghubungi suaminya.

"Halo Ibu, tumben banget video call duluan. Pasti kangen banget, ya?" Sapa Radit dari sebrang sana. "Ibu Sayang? Ini jaringan saya yang jelek atau ponsel kamu yang rusak, ya? Kok gelap?" Tambahnya bertanya dengan kening berkerut ketika menyadari layar ponsel yang seharusnya menampilkan wajah Shahnaz tidak bekerja dengan baik, layar itu gelap.

"Nggak, jaringan dan ponsel Mas baik-baik aja. Sengaja. Aku mau interogasi kamu."

Iya,  Shahnaz butuh penjelasan Radit lengkap dengan ekspresi yang akan dikeluarkan suaminya.
Maka dari itu, dibandingkan melalui panggilan suara, Shahnaz langsung menekan panggilan video demi menuntaskan rasa penasarannya.

Tetapi ia ingin sedikit memberi pria itu hukuman dengan tidak menampilkan wajahnya. Biar saja, suruh siapa Radit menyembunyikan sesuatu darinya.

"Curang banget. Saya gak bisa lihat wajah cantik istri saya—"

"Mama dateng." Beritahu Shahnaz memotong keluhan Radit.

Setelah kurang lebih tiga tahun menyandang status sebagai suami-istri, Radit mulai mengerti maksud Shahnaz meski istrinya hanya melempar satu-dua kata sebagai pancingan.

"Ya?" Jawab Radit, dan Shahnaz tahu pria itu pura-pura tidak mengerti.

Shahnaz memutar bola mata malas. "Nggak ada yang Mas mau jelasin? Oke. Tutup aja panggilannya. Jangan harap bisa liat mukaku selamanya."

Radit memelotot. Apa-apaan istrinya ini?!
"Iya, iya!" Pria itu menghembuskan nafas kasar. "Mama dateng seminggu sebelum kamu lahiran, pas kamu ngungsi dirumah Mami. Ngabarin Sagita kritis." Jelasnya.

Memang ketika Shahnaz mengandung, sebulan sebelum hari perkiraan lahir, mereka berdua memutuskan sementara tinggal ditempat Mami.

Bukan apa-apa, ini kali pertama Shahnaz akan melahirkan, belum lagi langsung dua anak.
Shahnaz juga merasa lebih aman ketika ada Mami yang lebih mengerti tentang kehamilan dan melahirkan.

Mereka hanya menghindari hal yang tidak diinginkan. Lagipula jarak dari rumah Mami lebih dekat dengan rumah sakit dibanding jarak dari rumah mereka.

INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]Where stories live. Discover now