7.

2.3K 354 50
                                        

pada malam itu

Radit memandang wanita mabuk yang ada diranjangnya. Wanita ini..
Sedari keluar club, asistennya terus berceloteh membicarakan apapun. Tentang mengapa singa mengaum bukan berkicau, mengapa ikan tertidur dengan mata terbuka, membicarakan apa obat tetes yang dipakai ikan sehingga bisa membuka mata dengan lama didalam air tanpa iritasi. Bahkan wanita itu tidak luput mencurahkan perasaan dan masalahnya, bukan Radit ingin tidak sopan dengan mendengarkannya, namun Shahnaz benar-benar tidak bisa dihentikan.

Radit memutuskan untuk membawa asistennya ke tempatnya, selain Shahnaz tidak bisa diajak bicara dengan benar saat Radit bertanya tentang tempat tinggalnya, pria itu juga harus bertanggung jawab karena telah dititipi Shahnaz oleh temannya tadi.
Radit menghela napas, menaiki ranjang untuk menarik selimut dan membalut tubuh asistennya dengan itu. Namun sebelum ia beranjak dari sana, sebuah tangan menghentikannya, saat pria itu menoleh ke belakang, Radit bersitatap dengan mata bulat Shahnaz.

"Mas Radit.." Shahnaz menatap lekat dan Radit terhipnotis oleh mata indah itu.

"Hm?"

Shahnaz menaikkan tangannya membelai rahang pria dihadapannya, "Mas.." Suara lembut itu memanggilnya lagi, membuat Radit memejamkan matanya. "Kamu butuh apa, Nadira?" Radit merasa akal sehat mulai akan meninggalkannya, tapi ia kembali menatap asistennya dengan lekat dan membiarkan wanita itu melakukan apapun yang diinginkannya.

Dengan tangan yang tetap membelai rahang Radit, Shahnaz merapat pada pria itu, mata bulatnya berubah sayu dan mengerjap lucu. "Peluk, Mas." Ucap Shahnaz pelan, wanita itu sedikit merengek.
Radit tahu wanita didepannya ini mabuk, maka dari itu ia yang harus menahan dirinya karena hanya ia yang sadar disini. Namun Radit malah tanpa ragu ikut merapatkan dirinya dan menempatkan tangannya pada pinggang Shahnaz, merengkuh tubuh rapuh itu dan berbaring bersamanya.

Radit pikir itu cukup saat ia melihat Shahnaz memejamkan matanya, menyerukkan kepalanya di dada pria itu setelah menyamankan dirinya. Tapi pria itu salah, kepala Shahnaz kembali mendongak dan melakukan itu lagi. Mengerjapkan mata bulatnya, lalu berkata sedikit merengek, "kiss me, please." Pinta Shahnaz lagi, mendekatkan tubuh mereka lebih merapat.

"Kamu mabuk, Nadira." Radit mencoba mengingatkan walau ia tahu itu percuma.
Napas Radit mulai memburu, ia mengucapkannya dengan nada serak. Ini salah. Wanita ini mabuk dan Radit tidak sepatutnya mengambil kesempatan. Satu tangannya yang sedari tadi merengkuh Shahnaz merayap naik menyingkirkan anak rambut di dahi asistennya yang menutupi wajahnya.

Bibir wanita itu mengerucut lucu, dahinya mengerut lalu mencebik tidak terima. "Aku nggak mabuk, Mas!" bantahnya menggelengkan kepala, "Please, satu ciuman." pintanya lagi hampir menangis.
Radit sudah mengingatkan dirinya agar tidak serakah seperti yang Adrian katakan, ia berusaha mengumpulkan sedikit kewarasannya, namun akal sehatnya benar-benar telah pergi saat ia mengabaikannya pertama kali dan memilih memeluk asistennya.

Mereka semakin merapat, tidak ada jarak diantara keduanya. Tubuh mereka menempel erat seakan dibubuhi lem disana. Radit mengecupnya sekali, membuat Shahnaz mengerutkan kening dan hendak kembali protes. "Kamu akan menyesal jika mengingat ini." Ucap Radit sebelum meraih tengkuk asistennya dan mempertemukan bibir mereka.

Shahnaz membuka mulutnya dan mengerang, tangannya beralih naik pada tengkuk Radit dan memeluknya erat. Radit menciumnya tidak terburu-buru namun bibir Shahnaz bergerak kaku seperti amatir. Apa ini ciuman pertamanya? Radit sempat berpikir diantara ciuman mereka.
Tidak lama, Radit tidak lagi mendapat balasan dari bibir kaku itu. Maka ia melepaskan dirinya, mengangkat wajah ia melihat mata Shahnaz terpejam. Pria itu menunggu jika Shahnaz akan terbangun seperti sebelumnya. Dan tidak berapa lama satu kekehan lolos, Radit tertawa sendiri karena Shahnaz telah benar-benar tertidur meninggalkannya tanpa rasa bersalah.

INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]Where stories live. Discover now