13.

2.1K 325 59
                                        

Rasanya Shahnaz ingin menenggelamkan dirinya di rawa-rawa. Perubahan situasi ini membuatnya bingung dan tidak nyaman, otaknya masih belum bisa mencerna apapun dengan baik.
Apa itu tadi? Radit akan menciumnya? Lalu Acha menangkap basah mereka? Harus Shahnaz taruh dimana wajahnya sekarang?!

Setelah interupsi dari Acha tadi, Radit langsung menarik diri menjauh darinya dan bersikap seolah hal tadi bukan apa-apa. Pria itu mengupas buah yang ada di meja, mencuci tangan atas apa yang pria itu perbuat. Hebat sekali! Kecepatan Radit mengendalikan diri cukup membuat Shahnaz merinding.

Situasinya canggung sekarang.
Tidak ada yang berani membuka suara.

"Makan."
Radit selesai mengupas apel dan menyodorkan garpunya pada Shahnaz berniat menyuapi, mengundang rasa penasaran Acha yang sejak datang tadi menyibukkan diri dengan ponsel karena masih merasa bersalah.

Shahnaz tertegun melihat garpu didepan bibirnya, ia akan mengambil garpu itu untuk makan sendiri namun Radit menjauhkan garpunya.
Tangan kanan Shahnaz langsung digenggam Radit oleh tangan satunya.

"Saya suapin." Ucap Radit menyodorkan garpunya lagi.

Sedikit ragu, Shahnaz melirik sekilas pada Acha langsung yang berpura-pura tidak melihat apapun, temannya itu bertingkah seolah banyak nyamuk disekitarnya, sibuk menepuk angin.
Shahnaz hanya bisa menghela napas melihat Acha seperti orang bodoh dan pasrah menerima suapan Radit yang masih menunggunya.

Kedatangan Jennie sepuluh menit kemudian memecah kecanggungan antara mereka, wanita itu masuk dan duduk di sebelah Acha mengangkat alisnya melihat Shahnaz yang anteng sedang disuapi Radit.

Shahnaz menjadi malu dan bergerak tidak nyaman ditatap Jennie seperti itu namun Radit justru mendengus apalagi ketika Shahnaz mulai menutup mulutnya menggumamkan bahwa wanita itu kenyang dan Radit menghentikan suapannya.

Pria itu membantu Shahnaz minum dan berbaring dengan nyaman, pemandangan itu tidak luput dari pandangan dua manusia lain yang merasa tinggal di bumi tidak cocok untuk mereka.

"Gue tadi ketemu dokter, katanya lo bisa pulang besok." Jennie membuka perbincangan, Jennie tidak ingin hanya diam dan menjadi saksi orang bermesraan. Itu menyedihkan.

Ucapan Jennie membuat Shahnaz menggerutu kecil mendengarnya. Ia tidak suka berlama-lama di rumah sakit.

"Gabisa pulang sekarang aja?" Tanya Shahnaz yang langsung menyesali perkataannya, tubuhnya mengkerut karena mendapat pelototan tajam dari tiga pasang mata yang ada disana.

Akhirnya Shahnaz bisa bernapas lega karena diperbolehkan keluar dari rumah sakit besoknya, ia dibantu Acha karena Jennie ada jadwal pemotretan yang tidak bisa ditinggalkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Akhirnya Shahnaz bisa bernapas lega karena diperbolehkan keluar dari rumah sakit besoknya, ia dibantu Acha karena Jennie ada jadwal pemotretan yang tidak bisa ditinggalkan.

"Gue baru pertama kali kesini." Kata Acha sambil meletakkan barang-barang Shahnaz melihat sekeliling apartementnya.

Memang selama lebih dari dua tahun berteman, Shahnaz tidak pernah membawa Acha ketempatnya dan satu-satunya temannya yang pernah masuk kesana hanya Jennie. Itu pun karena Jennie berada hanya berjarak tiga unit darinya dan sering Shahnaz repotkan untuk beberapa hal.

INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]Where stories live. Discover now