INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]

21.

"Happy Birthday!"

Radit yang baru membuka pintu tertegun menatap seseorang yang tersenyum lebar dengan tangan memangku kue di hadapannya,
"Kata Mami, kamu ulangtahun hari ini."
Sagita menjelaskan karena sedari membuka pintu tadi, pria itu tidak bereaksi apapun, hanya diam dan menatap lekat pada kue yang ia bawa.
Apa Radit memang begitu terkejut melihatnya? Ia tidak salah tanggal, kan? Pikir Sagita bingung.

Merasa canggung hanya berdiri dilorong apartemen seperti ini membuat Sagita kembali harus memberanikan dirinya..
"Aku.. boleh masuk?" Tanya Sagita lagi yang kali ini menyadarkan Radit. Pria itu mulai bergeser dari pintu mempersilahkan Sagita masuk lalu mengekori tamunya yang bergerak ke meja makan untuk meletakkan kue.

Sagita mengeluarkan lilin dari tas kecilnya..
Karena tidak membawa korek, ia melirik pada Radit yang berada dihadapannya. Seolah mengerti, pria itu mengambil sekotak korek api lalu menyerahkannya pada Sagita.

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy bithday, happy bithday to you.." Setelah mengatur lilin diatas kue dan menyalakan api, Sagita dengan senyum lebarnya mengangkat kembali kue tersebut dan menyodorkannya kehadapan Radit sembari menyanyikan lagu ulangtahun. Suaranya sedikit berbisik karena ini tepat tengah malam dan tidak ingin mengganggu sekitar.

Dengan memaksakan sedikit senyum, Radit bersiap mematikan lilin sebelum Sagita dengan lebih sigap membawa kuenya ke samping, membuat pria itu mengernyitkan keningnya sedikit heran. "Make a wish dulu, Abang." Sagita menggeleng pelan, tidak membiarkan Radit melupakan satu ritual penting dalam setiap ulangtahun.

Menghela napas, pria itu memejamkan mata lalu membukanya kembali dan dengan sekali tepukan, semua api lilin pada kue dihadapannya langsung padam.
"Yay!" Sagita berseru senang, ia lalu meletakkan kembali kuenya dan mengeluarkan kotak kecil berpita dari tasnya menyerahkan kotak itu pada Radit.

"Kado dari aku, aku gak tau kamu sukanya apa, tapi semoga bisa terpakai, ya." Tambahnya tersenyum tulus.
Tangan Sagita masih menggantung disana bersamaan dengan kadonya, namun pria itu masih belum menerimanya atau bahkan memberi reaksi tertentu.. Membuat Sagita lalu meletakkan kadonya diatas meja, bersisian dengan kue yang ia bawa.

Sebenarnya reaksi Radit bukanlah yang Sagita harapkan.. Tapi ia bisa menerima ini dengan berpikir mungkin Radit terlalu terkejut sehingga yang bisa pria itu lakukan hanya diam.
Meskipun begitu, selama tidak ada penolakan, semua reaksi Radit tidak menghentikan Sagita yang masih mengambil alih keadaan ini.

Radit benar-benar mendapatkan kembali dirinya ketika mendengar dentingan piring dan sendok dari dapur, Sagita sedang mengambil peralatan untuk memotong dan memakan kue.

Pria itu lalu menolak dengan halus saat Sagita menyodorkan sendok berisi potongan kue ke hadapan mulutnya berniat menyuapinya..
"Saya bisa sendiri." itu adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Radit. bahkan pria itu belum sempat berterima kasih pada Sagita atas usahanya malam ini.

"Oh.. Oke." Sagita meletakkan kembali sendoknya, seketika terdiam. Bingung harus melakukan apa ketika Radit benar-benar menolaknya.

Radit berdeham, ia melihat kembali kue yang Sagita bawa, lantas mulai bertanya. "Mami bilang kapan ke kamu soal ulangtahun saya?"

Radit penasaran akan hal ini.
Pasalnya, setelah beberapa waktu lalu sebelum menjalin hubungan dengan Shahnaz, Radit sempat berkata pada ibunya jika ia mempunyai pilihannya sendiri.

Dan Radit cukup mengenal ibunya..
Setelah percakapan mereka, Ibunya tidak mungkin dengan sengaja memberitahu Sagita tentang hari ini karena untuk beberapa minggu belakangan, Ibunya pun mulai berhenti merecoki hidupnya dengan tidak membahas Sagita lagi padanya.