🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Shahnaz menghilang! Sebenarnya tidak benar-benar menghilang, itu hanya pemikiran Radit saja karena terhitung hampir dua hari wanita itu tidak membalas pesan ataupun menjawab panggilan darinya.
Terakhir Radit mengantarnya pulang jumat malam mereka masih baik-baik saja, setidaknya menurut pria itu. Shahnaz masih bisa memasang muka judesnya yang menggemaskan karena Radit memaksanya pulang bersama dan tersipu ketika seatbelt yang digunakannya macet lalu Radit membantunya. Tetapi setelah itu Shahnaz tidak bisa dihubungi. Ketika Radit bertanya pada Acha, karyawannya bilang Shahnaz memang terbiasa seperti itu di akhir pekan apalagi jika wanita itu pergi ketempat ibu atau ayahnya. Shahnaz bisa seakan-akan ditelan bumi.
"Abang! Makan malem udah siap!" Seru Sarah dari balik pintu dan ketukan terdengar setelahnya membuyarkan lamunan Radit tentang Shahnaz.
"Abang!" Teriak Sarah lagi karena tidak mendapat jawaban.
"Cepet ya! Sar udah laper. Mami nggak bolehin makan duluan sebelum abang turun."
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ting!
Notifikasi pesan terdengar, Radit meraih ponselnya dengan enggan karena tahu pesan itu bukan dari orang yang ditunggunya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Gue yang gabisa! Batin Radit menjerit kesal. Lelaki itu membuang ponselnya asal ke ranjang setelah membaca pesan dari Sagita.
Ini semua karena Ibunya. Radit tidak akan menghubungi Sagita jika bukan karena ibunya.
"Gimana progressnya?" Bom dijatuhkan ketika Radit, Sarah dan Ibunya makan malam, Ayahnya sedang dinas di luar kota untuk beberapa hari. Radit yang sedang mengunyah makan malamnya seketika terdiam. Semua mata tertuju padanya karena pertanyaan dari Ibunya tadi. Menyelesaikan kunyahannya lalu meneguk air putih, Radit berdeham sebelum menjawab. "Ya... Gitu."
Mata Ibunya memicing, meminta jawaban pasti dari putra sulungnya, "Gitu gimana? Kalian udah ketemu lagi, 'kan?" Tanya Ibunya lagi dengan nada mendesak.