39.

1.4K 252 31
                                        

Shahnaz sebenarnya benci jika harus mengakui kekalahannya seperti ini, tetapi apa yang dikatakan Acha semuanya benar.

Untuk kasusnya memang harus ada yang dikorbankan dan Shahnaz harus memilih untuk itu.

Ini tidak pernah sulit sebelumnya.

Sebelumnya, Shahnaz selalu mudah untuk menghindari hal-hal seperti ini. Entah karena ia belum terjebak dalam keterlibatan perasaan yang terlalu dalam atau memang ia hanya terbiasa untuk selalu memilih keluarganya.
Atau mungkin juga orang-orang sebelumnya tidak begitu pantas untuk pengorbanannya? Entahlah, Shahnaz tidak mengerti.

Tapi kali ini berbeda. Pria ini Radit.

Pria yang pertama kali membuat Shahnaz merasa dihargai sebagai manusia, sebagaimana semestinya.

Pria yang pertama kali menjadikan Shahnaz dunianya, sehingga pria itu tidak pernah absen menanyakan keadaan Shahnaz dan membuat Shahnaz merasa penting.
Karena sering kali sebelumnya, Shahnaz merasa keterlibatannya di dunia ini tidak sepenting itu.

Kemudian kehadiran Radit merubah pemikirannya, Radit selalu memastikan dunianya agar baik-baik saja, dan memang Shahnaz selalu baik-baik saja. Selama itu dengan Radit.

Pria yang membuat Shahnaz tidak begitu menyukai mimpi.
Semenjak bertemu Radit, Shahnaz merasa mimpi tidak lebih indah dari dunia nyata.

Jika sebelumnya Shahnaz malas untuk terbangun, kini Shahnaz selalu ingin bangun lebih awal hanya untuk mendengar suara Radit, untuk membaca pesan selamat pagi dari pria berkacamata itu, dan hanya memikirkan bertemu dengan Radit saja mood Shahnaz bisa menjadi lebih baik, membuat Shahnaz memiliki keinginan untuk hidup lebih lama dari sebelumnya, untuk menemani pria itu.

Di dunia nyatanya, wajah Radit bisa Shahnaz rangkum dan tubuhnya ia peluk dengan erat. Diluar itu, Radit juga bisa mengabulkan mimpi-mimpinya.

Radit adalah pria yang pertama kali berani memperjuangkannya. Selagi itu untuk kebahagiaan Shahnaz, pria itu bisa melakukan segalanya.

Hanya saja..
Apa Shahnaz pantas untuk semua itu? Untuk Radit?

Shahnaz bahkan tidak tahu bagian mana dari ditinya yang membuat Radit bisa memperlakukannya sebaik itu, mencintainya sehebat itu.

Dunia Shahnaz terlalu kejam sebelumnya, sehingga ia sendiri tidak yakin bahwa kebahagiaan untuknya masih ada. Untuk Shahnaz, bahagia dan namanya bersanding dalam satu kalimat yang sama adalah sebuah kemustahilan.
Seringkali Shahnaz merasa Radit terlalu indah untuk menjadi nyata, karena Radit tidak pernah meminta balasan lebih. Tapi nyatanya pria itu ada.

Apa Shahnaz rela membiarkan pria itu seperti pria-pria yang singgah dihidupnya sebelumnya? Apa Shahnaz bisa melihat Radit mengubah dunianya menjadi bukan dirinya?

Akal sehatnya menolak, tetapi ia juga tidak bisa melakukan lebih dari ini.

Namun, apa Shahnaz akan terus membiarkan dirinya seperti ini? Membuat dirinya sendiri tersiksa? Dan jika Shahnaz memilih mengalah.. Apa yang akan Shahnaz dapatkan?

Jika Radit pergi.. Dunianya akan hancur dan lebih hancur dari sebelumnya.

Setelah semua kekalahannya, apa keluarganya memang pantas untuk seluruh pengorbanannya?
Ia begitu peduli pada keluarganya, tapi, nanti siapa akan yang peduli padanya? Apalagi jika Radit nanti ia biarkan pergi..

Nyatanya, sampai saat inipun, setelah apa yang Shahnaz lakukan sebelumnya, Shahnaz masih tidak dianggap. Shahnaz masih tidak penting untuk keluarganya.

Shahnaz kembali berpikir.. Mungkin.. Tidak apa-apa untuk menjadi egois?

INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]Where stories live. Discover now