Shahnaz menghela napas melihat tangannya yang lebam. Bonyok lagi, keluhnya.
Sebenarnya ini bukan hal baru baginya, beberapa tahun belakangan ayahnya memang gemar memukulinya. Shahnaz sudah biasa, hanya saja ia merutuki dirinya sendiri yang saat punggungnya dihajar tadi ia sempat menghindar dan mengenai lengannya. Seharusnya ia diam saja.
Lebam di lengan bawahnya membentuk sebuah garis miring sampai siku yang hanya bisa ditutupi dengan atasan berlengan panjang.
Ia memiliki satu blouse lengan panjang off shoulder, sayangnya harus ia urungkan karena setelah bercermin ia baru ingat ada sisa lebam lain di bahunya yang ia dapatkan beberapa hari lalu belum benar-benar memudar. Sedangkan Shahnaz tidak memiliki hubungan baik dengan baju tertutup. Gadis itu membencinya.
Shahnaz mengeluarkan ponselnya, melihat jam digital yang menunjukkan lewat tengah malam lalu menghubungi Acha, rekan satu divisinya.
"Cha, gue masih punya jatah cuti, 'kan? Besok gue gak masuk, gak ada meeting penting juga, ijinin gue ke Pak Diman ya."
Mau bagaimana lagi? Shahnaz memutuskan untuk absen setelah mengingat jatah cutinya masih tersisa daripada harus menjadi perhatian orang-orang dikantornya. Paling parah ia hanya harus merelakan telinganya untuk dihardik Acha di telepon karena mendadak mengajukan cuti seperti yang biasa Shahnaz lakukan saat situasi sperti ini.
Karena memakai kemeja lengan panjang atau tidak, gadis itu akan tetap menjadi pusat perhatian.
Shahnaz selalu jadi pusat perhatian karena penampilannya yang a lil bit bitchy, dikantornya tidak ada aturan khusus bagaimana karyawan disana harus berpakaian maka dari itu ia acap kali menjadi bahan cemoohan karena pakaiannya yang terbuka, dan Shahnaz tidak peduli.
Namun memikirkan harus menjadi pusat perhatian karena berpakaian tertutup atau karena harus menunjukkan lebamnya yang mengundang hasrat juliters dikantor untuk mencemoohnya, Shahnaz pikir itu bukan pilihan bijak. Dan ia tidak mau memilih keduanya.
Beruntung Acha mengangkat panggilannya di dering ketiga.
"Ya jatah cuti lo.. ada sih, tapi kan gak bisa dadakan, Naz, gue capek bilangin lo kalo ngajuin cuti tuh maximal seminggu sebelum, udah lupa lo?! Ini malah beberapa jam sebelum masuk kantor! Lagian lo mau kemana, sih? Jangan bilang mau kobam terus cari dede gemes buat ngamar? Tobat woi! Belum aja lo kena penyakit kelamin ganti cowok sana-sini!" Acha menyahut diseberang sana dengan suara serak khas bangun tidur dan nada kesal yang tidak ia tutupi.
Shahnaz itu bebal, Acha terkadang lelah dengan sikap teman satu divisi-nya ini karena selalu seenaknya, namun tidak pernah jera.
Shahnaz ingin terbahak mendengar omelan Acha, Acha ini.. pernah suatu hari Shahnaz cuti karena pukulan ayahnya yang meremukkan badannya, lalu beralibi pada Acha bahwa ia tepar digempur oleh lawan one night stand-nya habis-habisan sehingga ia tidak ada tenaga untuk bekerja. Dan Acha percaya! Entah Shahnaz yang patut mendapat Oscar karena kemampuan actingnya atau mungkin Acha terlalu bodoh?
Kabar baiknya adalah semenjak saat itu setiap kali mengajukan cuti ia tidak perlu repot mengarang alasan karena Acha selalu berspekulasi bahwa alasan cutinya adalah sama, yaitu Shahnaz pergi ke club, sibuk bersenang-senang dengan buaya disana, lalu tidak sanggup bekerja esok harinya, dan Shahnaz tidak berniat mengkoreksi penilaian Acha terhadapnya.
"Iya ini yang terakhir kok Acha sayang, lain kali kalo gue cuti gue bilang seminggu sebelumnya, ya? Dedek gemes gue gak bisa nunggu lama nih, gak tahan katanya, naikinnya susah lagi nanti. Thankyou cantik muach! Goodnight!"
YOU ARE READING
INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]
Fanfiction🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE. "I wont give up on us, Didi." Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
![INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]](https://img.wattpad.com/cover/343912301-64-k121822.jpg)