"Ini salah satu minuman matcha yang Sar suka, sih. Manisnya nggak over gitu. Hebat emang Kak Mario tuh, selain manage tempat, menu dan kualitas lainnya nggak dilupain. Pantes cafenya nggak pernah sepi." Jelas Sarah pada Shahnaz yang sibuk melirik meja tidak jauh dari mereka.
Radit sepulang kantor tadi memang berencana hanya mengantar Shahnaz pulang dan berpisah disana. Pria itu memiliki agenda sendiri malam ini untuk mendiskusikan beberapa hal dengan Mario dan Adrian dan Shahnaz juga tahu hal itu.
Tetapi rencananya berubah ketika ditengah perjalanan, Sarah memanggilnya dan meminta ditemani makan malam karena orang tua mereka sedang tidak berada ditempat.
Jadilah untuk memangkas waktu dan jarak, Radit memutuskan untuk membawa mereka semua pergi pada satu tempat, Cafe milik Mario, karena pertemuan Radit dan kedua sahabatnya juga akan berlangsung disana.
Ia juga meminta Shahnaz yang memang tidak memiliki kesibukan untuk menemani Sarah, sementara dirinya dan sahabatnya memisahkan diri di meja lain.
Merasa diabaikan oleh Shahnaz, Sarah menyenggol lengan wanita itu, kemudian mendekat dan berbisik, "Mbak, Abang ngga akan kemana-mana elah diliatin mulu, copot tuh manti matanya pindah ke meja sana." Lanjutnya lagi menggoda pacar abangnya.
Yang digoda langsung gelagapan, mengalihkan pandangan langsung pada Sarah. "Apaan deh!" Elak Shahnaz malu, wajahnya sedikit memerah karena tidak menyangka bahwa Sarah akan memperhatikan dan menegurnya. "Eh mereka itu temenan udah lama?" Tanya Shahnaz penasaran menunjuk tiga pria yang duduk di meja pojok kanan, empat meja darinya, sudut yang menyita perhatiannya sedari tadi.. Radit dan kedua sahabatnya.
Sarah mengangguk, "Kayaknya pas sekolah menengah deh, pas kami pindah lagi kesini. Mereka itu doang yang tahan sama Abang, atau temen Abang kayaknya itu doang juga. Liat tuh muka Kak Adrian aja jadi sekilas mirip sama Abang, saking deketnya kemana-mana berduaan apalagi setelah Kak Mario nikah dan sibuk sama keluarganya."
Shahnaz membulatkan mulutnya, tetapi ketika menyadari sejak sampai disana Radit bahkan tidak menoleh sedikitpun pada mejanya dan Sarah, ia menggerutu. "Serius amat sih, pada bahas apaan tuh?!" gumamnya namun masih dapat didengar Sarah yang memang berjarak beberapa jengkal saja, "Yang pasti bukan bahas cewek cakep." Sahut Sarah yakin.
Shahnaz mengangkat satu alisnya, "Yakin bener. Kan gak kedengeran obrolannya dari sini."
"Elah, Kak Mario mana mau ikut pembicaraan kalo bahasannya begitu, bucin mampus gitu sama istrinya. Abang juga, masa Mbak ga sadar punya cowok posesif begitu?! Mana pernah mau ngomongin cewek lain. Kak Adrian kalo kalah suara sih bakal diem juga."
Setelah menyelesaikan kalimatnya, gadis itu menyipitkan mata curiga, "Jangan bilang Mbak jealous?!" Tuduhnya pada Shahnaz. Sarah menoel-noel lengan Shahnaz dengan usil.
Secara mengejutkan, Shahnaz sama sekali tidak terlihat mengelak, membuat Sarah membulatkan matanya tidak percaya, "Beneran jealous?!" Tanyanya lagi memastikan.
"Ya emang gak boleh jealous? Itu Abang kamu nggak noleh sama sekali semenjak kita disini. Kan bikin curiga." Jawab Shahnaz membela diri.
Mendengar itu, Sarah menatap horror pada wanita dihadapannya, "Yang bener aja, Mbak! Itu cowok semua, mana cuma beberapa langkah dari sini. Apanya yang mau dicemburuin?!"
"Ye.. Cemburu mah cemburu aja, kok harus pilih-pilih gitu sih? Udah satu jam Abang kamu nggak noleh sama mbak tuh harusnya jadi pertanyaan. Apa dia punya lirikan lain atau gimana.."
"YaTuhan! Mbak, itu cowok semua gitu! Mana yang satu udah punya istri."
"Yang satu kan belum? Mana udah kenal Abang kamu dari lama? Kan aku insecure jadinya."
YOU ARE READING
INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]
Fanfiction🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE. "I wont give up on us, Didi." Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
![INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]](https://img.wattpad.com/cover/343912301-64-k121822.jpg)