29.

1.7K 264 60
                                        

"Itu.. Itu punya Jennie, barusan abis dari sini."
Shahnaz dengan cepat meraih ponsel itu dan menjauhkan dari jangkauan ibunya.
Diam-diam juga jarinya menekan tombol reject sehingga panggilan itu berhenti.

"Ini pasti Jennie telepon lewat handphone pacarnya, deh." Sambung Shahnaz lagi, berusaha menjaga nada bicaranya agar tetap tenang dan tidak terlihat mencurigakan.

Ibu Shahnaz mengangguk dan itu membuat Shahnaz menghela nafas lega karena tidak ada pertanyaan lanjutan.

Ibunya kemudian dengan santai menyandarkan diri di sofa, seolah menikmati "Angkat, Dira, kasian Jennie pasti cari ponselnya." Kata Ibunya ketika ponsel Shahnaz kembali menggaungkan deringnya.

Shahnaz mengeluh dalam hati, Radit pasti panik ketika Shahnaz menolak panggilannya sehingga pria itu melakukan panggilan susulan.

"Dira?" Panggil Ibunya lagi seraya mengangkat satu alisnya, ketika teriakan dari ponsel itu tidak kunjung berhenti.

Shahnaz menelan ludahnya, berusaha mencari alasan, "Ini pacarnya Jennie, Dira takut nggak sopan. Bentar lagi juga berhenti."

Tiba-tiba saja giliran ponsel Ibunya yang berdering, ketika Ibunya pamit menerima panggilan barulah Shahnaz bisa bernafas lega. Ia bahkan tidak sasar sedari tadi menahan nafas karena ditatap intense oleh ibunya sendiri.

"Nanti dulu ya, sayang. Aku lagi di medan perang." Ucap Shahnaz pada benda pintar itu, lalu mematikan ponselnya sebelum kembali berteriak dan membuat Ibunya curiga.

Ibu Shahnaz datang dari balkon setelah memutus panggilan yang entah dari siapa, menarik tas tangannya yang berada di bahu sofa, kemudian berjalan tergesa kearah pintu keluar meninggalkan Shahnaz diam mematung tidak mengerti selain mata yang mengikuti gerak-gerik sang Ibu.

Dan seolah menyadari sesuatu, sebelum benar benar melepas sandal rumah Shahnaz dengan sepatunya, ibunya kembali berbalik arah pada Shahnaz, memberikan pelukan dan membubuhkan ciuman di pelipis anak sulungnya itu.

"Mama lupa ada janji arisan, terus harus jemput Dila di florist abis itu. Maaf nggak bisa lama-lama." Kata Ibunya dengan raut menyesal, setelah menyuarakan alasan mengapa ia terlihat terburu-buru.

Shahnaz hanya mengangguk mengerti, dalam hati menghela nafas lega, akhirnya.. Ibunya pergi juga.

Setelah memastikan tidak ada lagi yang terlewat, Ibu Shahnaz benar-benar berjalan lurus kearah pintu.
Namun sebelum memutar kenop untuk keluar, Ibunya berbalik sekali lagi.

"Dira.. Kalo mau punya pacar, boleh. Tapi lihat bibit, bebet, bobotnya. Jangan bikin malu. Contoh Dila bisa dapet cowok terjamin baik dan berkualitas. Walaupun pacarmu nggak bisa menyaingi cowok Dila, minimal cari yang nggak ketinggalan jauh." Pesan Ibunya seraya tersenyum sebelum melangkahkan kaki meninggalkan tempat tinggal Shahnaz.

Mendengar itu, Shahnaz termenung menatap kepala kelinci pada sandal rumahnya, kemudian terkekeh miris, "Mama nggak tau aja, bukan lagi contoh, tapi bahkan aku meneladani Nadila terlalu jauh, karena bisa-bisanya menjatuhkan hati pada pria yang sama."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]Where stories live. Discover now