🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
"Bentar, Sar, ada lagi yang ketinggalan gak ya? Mainannya Dimi-Dida tadi udah semua, 'kan? Mbak takut deh susunya mereka nggak cukup. Kalo mereka nangis nyari Mbak nanti gimana? Kalo gabisa tidur terus nyariin Mbak, gimana?" Panik Shahnaz mengundang helaan nafas berat dari adik iparnya.
"Mbak, itu udah harus masuk pesawat." Sarah mencoba mengalihkan perhatian.
Namun usahanya gagal, Shahnaz masih mendesah gusar, "Apa Mbak gausah jadi pergi aja ya? Nanti Mas Radit juga pulang. Cuma dua minggu lagi ini, bisa nunggu kok." Ibu dua anak itu mengutarakan pemikirannya.
Shahnaz menarik kopernya berbalik pulang namun di tahan Sarah yang langsung melebarkan pupil matanya, "Mbak ih jangan aneh-aneh, deh! Cepet sana masuk, ah. Makin dipikirin nanti makin gamau pergi." Usir Sarah.
"Sebentar Mbak takut ada yang skip, kasian si kembar nanti."
"Mbak.. Mami nggak sekali-dua kali jagain Dimi sama Dida. Dari dulu dititipin mereka juga Mami udah biasa, malah seneng." Sarah mengingatkan. "Mbak nggak perlu khawatir, terlebih disana juga banyak yang bantuin Mami, ada Sar juga. Percaya aja sama kami. Nggak perlu terlalu dipikirin. Seneng-seneng aja disana, ok?"
Wanita berponi itu memberengut, "Ini kan beda, ditinggal nginep agak lama, nggak cuma pulang pergi. Mbak nggak biasa ninggalin anak-anak, Sar.. Mbak bisa tenang nitipin anak-anak karena biasanya masih dalam kota yang sama. Sementara ini bakal cukup lama. Mbak nggak bisa gak khawatir, Sar, mana Mas Radit juga sama jauhnya."
Sarah menepuk bahu Shahnaz, "Nanti juga kalo ada apa-apa, atau kami keteteran juga pasti kami telepon, jangan dulu panik, bisa?"
Shahnaz menarik dan mengeluarkan nafas dalam, menenangkan dirinya, "Beneran kalo ada apa-apa langsung kasih tau, ya?" Tanya Shahnaz memastikan.
Sarah mengangguk. "Iya Mbaaak, bawal deh. Sanaaa pergi ah." Adik iparnya itu mendorong Shahnaz untuk segera pergi.
Shahnaz menarik handle koper, ragu-ragu untuk berbalik. "Langsung, ya, Sar?" Tanyanya sekali lagi.
"Mbak!"
Kali ini Shahnaz tertawa. "Sampein makasih ke Mami, ya. Inget jangan kasih tau Radit kalo Mbak nyusul kesana."
Sarah meletakkan tangannya di dahi membentuk hormat. "Laksanakan!"
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Jika boleh jujur, perasaan Shahnaz kali ini cukup campur-aduk.
Ada sedikit kesenangan karena ia diperbolehkan mendapatkan kembali 'kebebasannya', walaupun sebenarnya tidak ada juga yang membatasi dirinya selama ini. Mertua, adik ipar dan orang-orang disekitarnya sangat baik dan kooperatif, terutama suaminya, hanya saja Shahnaz masih menikmati euphoria menjadi seorang Ibu.
Shahnaz hanya merasa takut kehilangan momen dengan kedua anaknya walau sedetikpun. Maka dari itu, Shahnaz juga mengajukan pengunduran diri dari kantor bersamaan dengan cuti hamilnya diterima.